Agustri bersama TOKOH DUSUN WONOREJO |
Karanganyar, Radar Pos Mengawali
tahun Baru 2014 ini aktivitas Agustri (R. AGUS TRIHATMOKO, SE. MBA. MM) semakin
padat, waktu kesehariannya dihabiskan dlusupan ke pedusunan. Semangat
perjuangannya untuk terus berbicara dengan masyarakat sudah menjadi tekadnya. Setiap
bertemu tokoh warga di pedusunan dia selalu berbicara RAHAYU SARASWATI
DJOJOHADIKUSUMO serta GERINDRA MENANG & PRABOWO PRESIDEN. Kali ini
pernyataannya sangat lugas, menurutnya, jumlah suara menang atau kalah dalam
Pileg adalah urusan perjuangan ini tetapi SUARA KEBENARAN akan menang...!. Langkah kami
bukan mencari kedudukan tetapi niat kami ingin menyelamatkan hak hidup rakyat.
Kami bukan mencari pekerjaan tetapi tugas panggilan hidup ini mengabdikan diri
bagi kaum tertindas.
Agustri bersama TOKOH DUSUN TANGKLUK |
Entah berapa
ratus dusun yang telah dijelajahi Agustri dalam sosialisasi perjuangannya, dia
tak mau menyebutkan. Dia sampaikan bahwa saat
ini banyak masyarakat yang sudah cerdas dan sadar yang mau mendukung perjuangan
politik yang bersih. Perjalanan Agustri di pedusunan, menurutnya,
meneladani kisah Para Kesatria dalam
cerita budaya pewayangan nuruti tindaking
suku lan kedeping netro.
Perjalanan
kami sungguh berat karena di setiap persimpangan jalan ada saja permainan kotor
yang telah membelenggu pembodohan rakyat. Kami belum saatnya menunjuk hidung
tetapi fakta bahwa politik anggaran, uang dan transaksional terjadi di
mana-mana sebagai nilai tawar dukung-mendukung suara. Situasi itu bagi Agustri
sudah diprediksi jauh-jauh hari, tetapi justru baginya menarik untuk disikapi
secara politik juga. Bahasa disikapi secara politik apa itu maksudnya, dia diam
seribu bahasa tidak mau menjabarkan. Selanjutnya ada kata bijak dari Agustri “Jika
esok anda ingin bekerja dengan benar maka lakukan hari ini juga dengan benar”. Sebaliknya “Siapapun kita yang hari ini masih bermain kotor maka esok anda akan
sulit menjadi bersih”.
Agustri dan Rahayu Saraswati D. bersama Ibu Petani |
Kami ini
ingin menjadi wakil rakyat yang bisa bertindak tegas berlaku jujur dan bersih
serta memikirkan rakyat. Jadi untuk apa kalau hari ini kami harus berpolitik
dengan cara melakukan budidaya wari pira ?, nuwun sewu njih kami takut
dan malu diri. Mulai bulan ini hari
demi hari akan kami lalui dengan menapai perjalanan indah dan penuh rasa syukur
karena setiap hari pula ada saja
masyarakat di pedusunan yang siap berjuang bersama kami. Kami berhutang budi terhadap mereka, semoga
amanat berat dari hidup petani dan orang desa ini kelak bisa kami perjuangan.
Mereka semua
luar biasa dan bahkan saya harus puji mereka seperti saya mengagumi Guru Besar
saya di kampus “mereka profesorku di
kampung”. Kerinduan saya untuk berjumpa dengan para Doktor dan Profesor di
kampus bisa terobati ketika saya bertemu saudari/ri di pedusunan yang siap
berkorban dan berjuang bersama kami. Pada kesempatan ini ijinkan saya
menyampaikan salam kangen kepada para Dosen Program Doktor Ilmu Ekonomi-FE UNS “Salam
Hormat Saya ....I Miss You...”. Ungkapan mengharukan Agustri ini bisa dipahami,
karena selama dlusupan ke pedusunan dia harus meninggalkan sementara tugas
studinya. Menurutnya, tidak apa-apa karena cita-citanya ketika ke jenjang S3 ini
nantinya untuk mengabdikan ilmu bagi
bangsa, sekarang ke politik menurutnya
juga untuk mengabdi bagi bangsa.
Saat ini di
manapun kami berada dan dengan siapapun kami berjumpa selalu memohon DOA RESTU
agar kami sehat dan terus bisa berbicara dengan masyarakat “kita sedang
berjuang untuk Indonesia Merdeka” Menurutnya sisa waktu sosialisasi tinggal dua
minggu setelah itu kami akan terus......terus....dan terus!
Agustri bersama Masyarakat |
Entah apa
yang di maksud Agustri dia hanya senyum-senyum saja, yang bisa kami tengarai hanyalah
enerji semangatnya. Setelah itu dia
menutup peliputan Radar Pos, pada kesempatan ini saya mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut mendoakan perjuangan Mbak Rahayu
Saraswati yang berangkat ke Malaysia pada 11-1-2014 yang lalu, untuk
mewakili Pak Prabowo dalam membela persidangan TKI kita yang mendapat
acaman hukuman mati.
No comments:
Post a Comment