Sunday, April 27, 2014

PERJUANGAN KITA IKUT MENGENTASKAN BALITA KURANG GIZI DAN KELAPARAN

RAHAYU SARASWATI,
TA-Tabloid  EDISI 6/III | 2014

“Kerja keras dan perjuangan para petani, peternak & nelayan selayaknya kita hormati dan hargai. Bangsa kita sangat membutuhkan peranan mereka di dalam meningkatkan produksi pangan nasional. Saat ini hampir semua kebutuhan konsumsi pangan nasional kita belum mampu tercukupi dari produksi dalam negeri. Jika kita mau melihat lebih dalam, dampaknya sangat mengerikan khususnya bagi anak-anak usia di bawah lima tahun atau balita. Diperkirakan 36% balita Indonesia, ribuan anak, mengalami kekurangan gizi dan kelaparan, dan tentunya banyak keluarga mereka sedang terbelenggu kemiskinan. Berulang kali saya katakan bahwa akar dari banyak permasalahan yang menjadi isu penting di Indonesia pasti berhubungan dengan pendidikan dan ekonomi kerakyatan. Tanpa ada pemikiran tentang pencegahan gizi buruk di Indonesia yang mengena ke akarnya, kita akan terus menjumpai masalah tersebut ke depannya. Untuk mengatasi masalah ini salah satu hal yang harus kita lakukan adalah meningkatkan produksi protein seperti susu, telur, daging dan ikan. Kembali, jawaban masalah ini ada di bidang pertanian dan kelautan sehingga akan menjadi fokus perjuangan kita bersama.” Ungkap Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dalam memulai perbincangan ini.

                Setelah itu Rahayu Saraswati menjelaskan salah satu sub program Partai Gerindra tentang mendorong peningkatan produksi dan konsumsi protein yang berasal dari susu, telur, ikan dan daging yang tertera di bawah pasal 3 Program Aksi Transformasi Bangsa. “Pada bulan Februari kami mengumpulkan para tokoh petani dari Sragen dan Karanganyar di Karanganpadan, Kabupaten Karanganyar. Kami mengajak para petani untuk ikut memecahkan masalah bangsa ini dengan basis pembangunan ekonomi pertanian.

Sistem Tumpang Sari dan Perkebunan Aren

Wawasan Rahayu Saraswati:

TA-Tabloid  EDISI 6/III | 2014
Para petani kita secara turun temurun sedari dulu telah mengenal dan menjalankan pertanian sistem tumpang sari. Namun pada kesempatan ini, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo memberikan wawasan mana kala sistem tumpang sari diterapkan di ladang dan kebun pohon aren. Tentang aren menurutnya sangat penting dipahami oleh masyarakat karena air nira pohon aren merupakan bahan baku bioetanol atau nabati sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Secara umum Rahayu Saraswati menjelaskan tentang sistem tumpang sari, “budidaya atau perkebunan pohon aren berbeda dengan perkebunan sawit. Kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang monokultural, artinya tidak bisa berkembang dengan adanya tumbuhan lain di sekitarnya, maka biasanya dikembangkan oleh para pengusaha besar pada lahan puluhan hingga ratusan ribu hektar.  Tetapi berbeda dengan pohon aren, di mana aren adalah tumbuhan multikultural, justru tanpa adanya tanaman lain di sekitarnya, dia tidak bisa bertumbuh dengan baik. Ini merupakan salah satu hal yang bagi saya pribadi sangat mengesankan, karena artinya kita bisa menerapkan sistem tumpang sari jika bergerak dengan pohon aren. Budidaya aren tidak harus memiliki lahan hektaran luasnya tetapi para petani pedesaan yang memiliki lahan kurang dari 1 hektar juga bisa menanamnya.

Pertanian Adalah Penyelamat Bangsa

RAHAYU SARASWATI DJOJOHADIKUSUMO,

TA-Tabloid  EDISI 6/III | 2014
Sinar sorotnya luas, sudut padangnya tajam dan olah pikirannya cerdas telah ditunjukan oleh seorang pejuang politik bernama Rahayu Saraswati Djojohadikusumo. Cucu Begawan Ekonomi Indonesia ini mengawali perbincangan dengan menyatakan sikapnya bahwa “kita tidak akan meninggalkan petani karena mereka merupakan jawaban dari masalah bangsa ini.”
            Memang kalau dilihat dari jumlah anggaran yang dialokasikan ke sektor pertanian sangatlah kecil dibanding total APBN – dari Rp 1800an triliun hanya Rp 15 triliun yang dianggarkan untuk pertanian. “Menurut kami di Partai Gerindra,” Rahayu sampaikan, “hal ini sangat tidak masuk akal karena pertanian adalah sumber pangan bangsa. Yang seharusnya menjadi sumber nutrisi dan kesehatan kita semua hanya diberikan kurang dari 1% anggaran negara. Akibatnya, kita melihat banyaknya import pangan, harga yang tidak stabil, dan bahkan anak-anak kita pun mendapatkan dampaknya karena kini diperkirakan bahwa jumlah balita dengan gizi buruk sebanyak 36% di Indonesia.”
            Pemain film Merah Putih trilogi ini menekankan bahwa Partai Gerindra bukan baru-baru ini saja memperjuangkan nasib para petani. Let. Jend. Purn. H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo memang dikenal sebagai Ketua HKTI selama bertahun-tahun, bahkan sebelum dibentuknya Partai berlambang kepala garuda itu.