Radar Pos, Edisi
140/Th.VII/ 15-31 Desember 2013: Lintas Daerah
DI LAHAN PERTANIAN NGLOGUNG TLOBO
|
Karanganyar,
Radar Pos
Wonorejo
adalah sebuah desa di ujung timur Jatiyoso yang memiliki struktur alam
pegunungan terjal. Radar Pos kembali menemui Agustri (R. Agus Trihatmoko) di
Rumah Aspirasi Jumantoro untuk mengetahui apa kegiatan dalam beberapa pekan
terakhir ini. Ketika Radar menanyakan kebiasaannya dlusupan, dia menjelaskan
lain. Waduh kali ini saya tidak dlusupan tetapi panjat tebing Wonorejo. Luar
biasa ini perjalanan tak terlupakan, jujur saya baru kali ini menginjakan kaki
di Wonorejo. Saya diantar seorang sahabat baru dari Desa Mberuk-Mas Jiman namanya, karena saya masih
buta peta Desa Wonorejo.
Kondisi
alamnya sangat indah seperti desa Mberuk, Tlobo dan beberapa wilayah Karangsari
dan Wukir Sawit. Bagi yang tertarik ke sana silahkan, kalau lewat Jumapolo-Jumantoro
harus berputar lewat Wukir Sawit, biar nantinya tidak kecewa. Masalahnya kalau lurus kita akan melihat
jalan bobrok parah dari Ndruju (mulai sebelah timur Kantor Desa Karangsari)
hingga Pring Ombo (Mberuk) dan di Wonorejo jangan ke jalur utama karena
jalannya juga hancur. Ini jadi PR ringan
bagi kami wong kuwi ketok moto mloho
tidak usah dibahas, tapi silahkan saja lewat situ kalau pakai mobil Jeep
terbuka biar nggak sepet mata sambil bergaya
boleh pakai kaca mata hitam.
Ketika Radar
memperjelas tentang tujuannya apakah rekreasi atau agenda politik, dia dengan santai menjelaskan Njih..dua-dua nya lah. Ingat saya pernah katakan politik itu indah apalagi
dilakukan dengan semangat cinta bagi sesama dan mensyukuri anugerah Tuhan akan
alam ini. Di Wonorejo, saya memperkenalkan diri dan menceritakan
perjuangan kami bersama Mbak Rahayu Saraswati Djojohadikusumo serta Gerindra
dan Pak Prabowo. Saya diajak Pak Giyatno menuju rumah keluarga Pak Katiyo,
kedua sahabat ini ya baru kenal saat itu. Saya bertemu pak Giyatno alami saja,
kebetulan beliau mau ke sawah berhenti melihat saya berDoa di Makam Dusun
Pitran. Singkatnya di rumah Pak Katiyo lah kami bicara setengah harian membahas
tentang apa saja yang harus diperjuangkan untuk kehidupan masyarkat Wonorejo. Waduh..jadi ingat waktu itu sampai
disiapin makan siang oleh tuan rumah, kenangan ini saya syukuri dan mengesankan
sekali.
BERSAMA PAK KATIYO DAN PAK GIYATNO
DI RUMAHNYA PITRAN
WONOREJO
|
Di manapun
berada kami bukan mengedepankan strategi mencari jumlah suara semata tetapi
pikiran ini justru terputer-puter, apa
yang semestinya kita lakukan kelak untuk pembangunan hidup masyarakat setempat.
Ketika di Wonorejo, inspirasi saya semakin terkuatkan bagaimana kelak membangun
Sejarah Baru di 4J Raya di bidang sosial dan ekonomi pedesaan yang hebat. Setelah tiba di rumah pemikiran saya dari
Wonorejo 4J Raya semakin gamblang.
Seperti pemberitaan
kami pada awal bulan ini (edisi, 139)
Agustri dan Rahayu Saraswati telah menyampaikan isi hatinya tentang belenggu hidup orang desa. Pada
kesempatan ini dia katakan, kali ini kita tidak usah bicara itu lagi ntar “kita
malah tangisan cara Londo”. Sebaiknya mari kita melihat bagaimana untuk
menggairahkan harapan hidup orang desa. Setelah itu dengan nada kesal dia
menunjukan beberapa gagasannya tentang apa yang telah ditulis di Solo Pos yaitu
tentang kasus impor kedelai dan impor daging. Sudahlah kalau ini terus
dibiarkan para petani desa mau di bawa ke mana nasibnya, dan bangsa ini menjadi
ajang jajahan kapitalis.
Berikutnya
saya ke Desa Tlobo ditemani sahabat lama Mas
Jidan dari Karangsari. Di Tlobo saya juga kesengsem dengan potensi alam
pertanian di sana, berulang kali saya berhenti di antara dusun Ngrata-Nglogung.
Di desa ini perjumpaan saya pertama dengan Mas
Paryanto, di Dusun Nglogung. Lanjut terus, terakhir saya ke Desa
Kebak-Jumantono, berawal mampir di warung kopi kemudian sowan ke rumah Pak Sadiyo dan Pak Pak Tardi Dusun
Mbakulan. Di sana jelas kami tidak akan bicara tanaman sayuran seperti di
Wonorejo atau Mberuk tetapi bicara tanaman kacang tanah. Saya ingat betul situasi ratusan pedusunan
lainnya yang telah saya kunjungi satu per satu, banyak uneg-uneg dan harapan yang harus kita perjuangkan. Misalnya,
masalah hewan yang paling gamblang adalah sapi dan kambing ternyata yang paling
di minati dan cocok di hampir keseluruhan 4J.
Begini ya..,
kita heran kadang banyak orang ketika bicara pembangunan selalu saja kalau
nanti mau ngaspal dan ngecor jalan
siap mencarikan bantuan. Dalam sosialisasi dengan masyarakat kami katakan bahwa
kalau hanya urusan ngaspal dan ngecor
jalan yang kami perjuangkan, tidak perlu orang seperti kami ini yang
menjadi Caleg. Wong itu urusan ketok mata
ora perlu wong pinter artinya masalah ini seharusnya mudah saja. Justru yang perlu kita pikirkan adalah
memberdayakan kehidupan petani dan orang desa agar memiliki gairah harapan masa
depan.
Coba hitung
selama 20 tahun ini berapa anak petani yang bisa sekolah hinggga Sarjana per
desa? Coba lihat pasar-pasar tradisional sebagai sarana nafas ekonomi orang
desa di 4J, apakah terawat secara manusiawi?
Tanyakan kepada bangunan yang ada di kantor markas pertanian Jumapolo,
mengapa kamu kosong dan mangkrak? Rabalah
itu KUD dan sampaikan dengan bisikan mengapa kalian mati suri ? Berbicaralah
dari hati yang paling dalam kepada saudara kita yang miskin mengapa tetap saja
miskin, padahal anggaran Bansos tidak kecil? Mengapa ada peri bahasa orang
kampung “kalau lewat talang sudah biasa selalu teles (bocor)”?
Setelah itu
Agustri sedikit menjelaskan hal khusus untuk petani dan orang desa pondasinya
adalah pengairan, pupuk, bibit dan peralatan pertanian baik untuk tanaman pangan maupun tanaman keras. Secara
ekonomi bagaimana hasil penjualan produk pertanian dan peternakan nantinya mereka
bisa menikmati untung. Dalam hal ini jangan digebyah-uyah,
kita harus fokus satu per satu dusun/desa karena masing-masing berbeda
kondisi alamnya. Contoh kita bicara tanaman: cengkeh, coklat, kopi, lada,
durian, mangga, jati, jabon, sengon dan lainnya. Di mana dan bagaimana harus dibudidaya? Di sektor retail dan pedagang, kami akan
bentengi agar di dalam kota 4J tidak di masuki Mini/Super Market raksasa
nasional atau internasional. Coba kita banyangkan kalau di kota jumapolo ada
raksasa retail masuk, kasihan itu toko-toko yang sudah dirintis puluhan tahun, bisa
KO..!
DI NDRUJU KARANGSARI ARAH PRING OMBO MBERUK
|
Nopo malih Mas Wartawan? tolong jangan diangap kami tukang omong doang, jika kelak rakyat 4J
memberi kesempatan dan kepercayaan kepada kami, apa yang akan kami lakukan sudah
kami pikirkan. Tidak hanya 4J saja, kami
juga sudah berfikir untuk wilayah Karanganyar secara integral. Jadi kalau saya selalu mengkaitkan
perjuangan ini dengan Mbak Rahayu Saraswati, tolong njih jangan hanya dilihat karena beliau
keluarga siapa? Mari kita lihat wanita
muda tersebut secara objektif dari kaca mata
academic, field management dan self integrity. Indonesia dan khususnya
Karanganyar-Wonogiri-Sragen layak bersyukur ada pejuang politik seperti beliau.
Jujur saja sekarang masyarakat kami ajak
menilai dan mencermati, dan tidak akan keliru untuk mendukung beliau, dan
saatnya sekarang...! Memang pendapat Agustri sangat objektif, dan tidak
diragukan karena dia seorang yang sarat pengalaman
sebagai praktisi manajemen maupun kenyang menimba ilmu di berbagai perguruan
tinggi. Dia mempersilahkan Radar Pos untuk
bertemu Rahayu Saraswati lagi di Karanganyar. Sambungnya, kita akan bicara
lebih tajam tentang perjuangan politik yang sedang dan akan kami jalani saat
ini.
Bukan tanpa
alasan kedua tokoh ini memang menarik kami ikuti karena secara terang-terangan
mereka akan menerjang arus politik tentang budidaya wani pira dan istilah tarif suara per gundhul. Kalau sudah
menyinggung masalah ini mereka dengan lantang dan tegaskan bahwa itu sama saja
memupuk benalu yang namanya korupsi akan
tumbuh subur. (R-01)
MANTAB OM AGUS ,, TERUSKAN BERJUANG BUAT NEGERI!!
ReplyDelete