RADAR POS, Edisi 15 Desember: WAWANCARA
KHUSUS
Peliputan Radar Pos di Rumah
Aspirasi - Jumantoro, tak berhenti pada cerita Agustri. Kami lanjut berbincang
dengan Agustri (R. Agus Trihatmoko) dalam suasana santai sambil menikmati sejuknya
udara dan alam desa tersebut. Kali ini dari Radar Pos mencoba menggali sikap politiknya
atas kasus Rina yang hangat dibicarakan publik saat ini.
Wah menarik malam ini tetapi
sebentar Mas Agustri, bagaimana pendapat anda tentang Calon Mantan Bupati
Karanganyar yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejati Jateng?
"Wah..gimana ya? Saya belum genap tiga tahun
pulang ke Karanganyar, tidak bijak kalau bicara soal ini. Saya belum pernah
sekalipun bertemu Ibu Rina apalagi kenal beliau dan ini ranah hukum, jadi no comment. Sebagai warga Karanganyar tentu
ikut prihatin lah, bagaimanapun juga seorang bupati itu adalah simbul pemimpin
daerah dan miliknya masyarakat."
Lho kalau no comment...bagaimana? Anda selama ini sudah panjang lebar bicara
perjuangan politik di Karanganyar jadi tidak nyambung dong?
"Monggo kalau maksud panjenengan itu, tetapi kalau bicara ranah hukum, tetap saya no comment....! Begini Mas, sepuluh
tahun yang lalu boleh dikatakan saya mulai melek mata melihat perkembangan
politik di Karanganyar, ketika itu saya kebetulan tidak di Indonesia. Saya
mencermati bahwa waktu itu ada blunder politik di Karanganyar, alhasil Ibu Rina
lah yang akhirnya dilantik menjadi Bupati Karanganyar. Jejak rekam inipun terus
saya cermati hingga kesuksesannya pada Pilkada lima tahun kemudian. Intinya
dalam dua periode Pilkada tersebut, ada sesuatu proses politik yang menurut
saya pada periode pertama dengan periode kedua, sulit saya cerna dengan akal
sehat. "
Apanya yang sulit dicerna dengan
akal sehat?
"Panjang dan maaf no comment... sebaiknya anda
bertanya kepada Partai tetangga yang waktu itu mengusung beliau, Gerindra
belum lahir lho. Jadi anda salah alamat kalau ingin tahu
dari kami orang Gerindra."
Tolong sedikit dan singkat saja
Mas, tentang titik politis kasus sangkaan terhadap Ibu Rina tersebut?
""Begini njih
kalau ada kasus seperti itu juga tidak bisa dilihat pada satu sentra saja ya Bapak
Wartawan...! Kalau mau tanya satu titik jangan tanya saya dong, lebih baik anda
bertanya pada Rina Center... kalau masih ada? Kalau saya sih tidak memandang
pada satu sentra Ibu Rina saja Mas. Amati saja apa yang juga terjadi dalam 10
tahun ini dari keseluruhan tingkatan pemerintahan hingga pedesaan dan jangan
lupa baca phenomena kinerjanya, termasuk jajaran legislatif yang ada jangan
terlewati. Dari sanalah banyak
jawaban yang patut didengar dan dipercaya oleh publik, jangan jawaban dari saya
njih, no comment lah. Saat ini
kami sedang berjuang untuk menatap masa depan rakyat Karanganyar dan bangsa ini,
kalau mengulas masa lalu tidak baik dan akan menghabiskan pulsa.
Hanya saja, jika berbicara masalah kasus korupsi
janganlah kita ini cepat menuding: salahnya ini dan salahnya itu, permainan ini
dan permainan itu. Ada baiknya semua
elit politik di daerah ini dan bangsa ini layak bersedia untuk introspeksi
diri. Alasan apa mereka mau ikut
terjun maju di jalur politik? Kalau jawabannya seperti fakta tajuk Radar Pos (Edisi
138) ”....Bak Bursa...” kasihan rakyat
bangsa ini..! ""
Jadi pandangan dan sikap secara umum
dari Mas Agustri apa?
"Kalau boleh beropini tentang kasus korupsi, saya
hanya ingat pada saat ketika dahulu saya memimpin sebuah perusahaan “setiap ada kasus korupsi besar yang
terbongkar, di sana selalu ada kolektifitas para elit organisasi manajemen”. Dalam
kasus Ibu Rina, jika kita sudah bicara logika organisasi manajemen maka kita kurang tepat kalau hanya
beropini tendensius kepada seorang Rina Iriani Sri Ratnaningsih."
Sambil
tertawa lepas... Agustri memutus wawancara dengan Radar Pos, sampun Mas-cukup
njih, kalau mau terus bertanya pada
saya... Panjenengan..."Wani Pira...?"
AKU MENDUKUNGMU DEMI KEMAJUAN KARANGANYAR TERCINTA..AMINNN
ReplyDelete