Thursday, January 16, 2014

SEJARAH PANJANG MEMBUAT GENERASI-GENERASI FRUSTASI

RADAR POS, Edisi 15 Desember 2013: COVER STORY

     Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, seorang figur pejuang politik yang baru muncul di negeri ini, sebelumnya Radar Pos telah mengenalnya ketika kami wawancara bersama Agustri tentang agenda politiknya di Jumantoro-Jumapolo. Kami ingin menggali lebih dalam tentang apa saja latar belakang dan perjuangan yang akan dilakukan di daerah Karanganyar, Sragen dan Wonogiri. Minggu lalu ia habis selesai mengikuti Konferensi Internasional di London bersama tokoh-tokoh aktifis dari berbagai negara terkait pembelaanya untuk anti perdangangan manusia.   


Sejarah Panjang
      Perjalanan politik Cucu Begawan Ekonomi Indonesia “Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo”
ini memang tidak akan lepas dari sejarah panjang perjuangan keluarga besar Djojohadikusumo untuk Indonesia. Ia menyampaikan ini sejarah panjang dan sekarang Bapak saya: Pak Hashim dan Pakdhe saya: Pak Prabowo sedang berjuang bersama Partai Gerindra, apa kami sebagai generasi muda berdiam diri? Tolong kalau mau melihat pribadi saya jangan karena anak siapa dan keponakan siapa, itu boleh saja karena memang saya bagian dari sejarah keluarga. Saat ini banyak hal yang perlu saya sampaikan kenapa sih kok kami mau menjadi pejuang politik. Itulah kata awal sambutannya kepada Radar Pos dan setelah itu kami dengan ramah dipersilahkan duduk ke dalam sebuah ruangan di kantornya Karanganyar.

Sesuai rencana pertemuan Radar Pos didampingi Agustri dengan maksud agar nyambung dari semua peliputan kami selama ini. Seperti yang lalu ketika kami berbincang memang selalu dalam suasana santai seperti kita ngobrol antar kawan lama saja.  Luar biasa dan bagi kami dari media agak bengong ketika Rahayu Saraswati memulai menengok sejarah lama Majapahit.
Kalau di Jumantoro saya bicara semangat Jendral Sudirman, mari kita mengingat bahwa Nusantara ini pernah jaya dan disegani dunia oleh perjuangan seorang Patih Gadjah Mada ketika Raja Hayam Wuruk di Jaman Majapahit. Kejayaan Nusantara pada jaman itu sangat hebat bukan hanya gemah ripah dan loh jinawi nya tanah air tetapi juga semangat persatuan berbangsa dalam Bhineka Tunggal Ika. Kita bersyukur sekarang NKRI masih utuh tetapi bagaimana dengan Bhineka Tungggal Ika? sangat jelas kekhawatiran ini menjadi salah satu perjuangan kami. Seperti disampaikan Pak Prabowo “...tetapi kita tahu kekuatan-kekuatan yang menginginkan Indonesia pecah juga sangat besar, dari dulu ada kekuatan yang tidak rela adanya Republik Indonesia”.  Teladan Sejarah Gadjah Mada sudah sepantasnya menjadi dambaan rakyat Indonesia  agar gemah ripah toto tentrem kerto raharjo.
LET. JEND. (PURN.) PRABOWO SUBIANTO


Generasi Frustasi
     Kita tahu perjuangan seorang Prabowo Subianto dan Partai Gerindra untuk mengembalikan bangkitnya kejayaan negeri ini sangat berat. Sekarang, setelah beberapa tahun demokrasi berjalan di Indonesia, bukannya Indonesia jadi lebih baik, tetapi malah menjadi tempat para penipu dan koruptor berjaya dan menikmati hasil rampasan mereka. Alhasil, rakyat jenuh, marah, apatis, dan merasa putus asa. Jujur, saya pun rakyat, saya pun frustrasi dan marah dengan pemerintah. Tiga tahun saya di Metro TV (Talk Indonesia yang baru saja selesai tayang), salah seorang generasi muda yang cukup lantang mengkritik sepak terjang pemerintah selama ini. Sambil mengarahkan pandangan ke Agustri, ia bicara agak pelan, tanya Mas Agustri itu bagaimana kalau dia membedah situasi seperti ini. Agustri sambil memegang kening dan berkerut meresponnya benar Mbak beberapa kali di media cetak saya juga kesal, bahkan kalau di forum-forum diskusi kadang saya meledak-ledak menuding pemerintah. Selanjutnya Rahayu Saraswati sambil tergeleng-geleng berguman “ya kita ini generasi-generasi frustasi”.
Waktu saya belajar di luar negeri, saya sangat bersyukur karena kesempatan yang luar biasa itu justru menjadi bekal bagi saya. Di sana saya tidak lupa akan bangsa dan negara tetapi justru bangga, karena saya lihat keindahan dan kekayaan budaya kita yang jarang sekali, bahkan hampir tidak ada yang bisa membandingi. Namun, seakan banyak yang buta dan tertutup matanya terhadap Berkat yang luar biasa ini dari Tuhan YME... hanya demi hasrat raga, demi kekuasaan dan kekayaan duniawi.  Akhirnya, kita mulai merasa putus asa - karena orang-orang yang berkuasa mayoritas korup dan tidak bertanggung jawab. Dulu setiap kali saya diwawancara oleh wartawan, pasti saya menjawab "Moh..!" kalau ditanyakan apakah saya ada niat untuk masuk ke dunia politik. Alasan saya jelas karena melihat sebagai dunia yang kotor - politisi janji A, mending-mending kalau dapat E, terkadang dapatnya Z..! Tetapi Bapak saya (Pak Hashim Djojohadikusumo) mengatakan kata-kata yang jadi pacuan banyak orang untuk bangun: "Selama orang-orang baik diam dan tidak melakukan apa-apa, maka yang jahatlah yang akan terus berkuasa." Mau dibawa ke mana bangsa ini?

        Saya bukan yang paling pintar, bahkan bukan yang paling baik. Kami hanya seorang generasi muda yang mau bertindak, tidak hanya asal pintar ngoceh, mengkritik, tetapi tidak berbuat apa-apa untuk membawa perubahan yang lebih baik. Saya menyambut baik seperti niat Mas Agustri yang telah bergabung dalam perjuangan ini, dan tentu di daerah ini saya juga melihat potensi-potensi generasi telah dan akan bergabung. Ya kalau saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melakukan yang terbaik dari apa yang bisa saya lakukan, dari segala kekuatan maupun keterbatasan saya. Untuk itu saya tau betapa pentingnya untuk setiap orang di negeri ini untuk menyadari potensi di dalam diri untuk menjadi yang terbaik, agar bisa menjadi berkah ingkang sae bagi orang lain.

Korupsi, Wani Pira dan Kebenaran
      Ada pepatah dalam bahasa Inggris: "Be the change that you want to see in this world." atau "Jadilah perubahan yang ingin engkau lihat di dunia ini." Saya hanya 1 orang saja dan 1 orang lagi itu Mas Agustri, tetapi kalau kita semua bersama-sama menyatakan "SUDAH! AKHIRI KORUPSI! Hentikan pembodohan rakyat! Di sini, kami ingin KEBENARAN yang berdiri teguh! Kami tidak menginginkan budaya 'WANI PIRO' untuk meraja lela, karena kami berhak mendapatkan kesempatan dan peluang untuk hidup yang sama, di kota maupun di desa! Karena kami ingin anak cucu kami mendapatkan Indonesia yang lebih baik dibanding apa yang kami terima!" Itu mungkin hanya mimpi di benak saya saat ini... mungkin akan dibilang orasi omong kosong... jadi kami hanya bisa berDoa bahwa apa yang saya katakan ini secara tulus dari lubuk hati yang dalam bisa diterima dengan baik.

Dari awal, saya tidak bisa maupun tidak mampu untuk berjanji yang macam-macam... karena yang memanggil saya untuk maju ke dalam ranah politik pun Tuhan Allah semua umat. Ya, saya tanggung jawabnya bukan dengan siapa-siapa tetapi kepada Tuhan. Jadi saya hanya bisa berjanji satu hal... Kalau memang Tuhan memberikan saya kesempatan untuk mengabdi kepada Indonesia di Senayan, maka saya akan berjuang sekuat tenaga untuk bekerja demi kesejahteraan rakyat  DAN KEBENARAN.
      Saat ia mengatakan itu kalimat itu, terus terang kami dari mediapun malah menundukan kepala begitu juga Agustri, dan semua terdiam beberapa menit. Kemudian kami perlahan matur lagi monggo Mbak dipun lajengaken.. dan Rahayu Saraswati mulai kembali, njih karena saya sadari bahwa di Senayan, kebenaran yang sah adalah kebenaran mayoritas, belum tentu kebenaran yang sebenarnya. Saya berDoa kalau diberi kesempatan, bahwa nanti saya akan menemui teman-teman yang memiliki visi dan misi yang sama...yang berani untuk mengatakan bahwa politik bukanlah akhir dari perjuangan, bahwa politik bukanlah ambisi dan karir, tetapi kendaraan dan media untuk menyejahterakan rakyat. Saya dulu suka berkata bahwa saya alergi politik, tetapi rupanya bukan politik yang salah tetapi orang-orang nya yang salah atau keliru.

Bakti Sosial dan Sosialisasi
        Di Kantor Rahayu Saraswati Karanganyar, nampak banyak mobil ambulance dan berbagai peralatan atau logistik lainnya.

AMBULANCE LAYANAN KESEHATAN GRATIS

         Kami mencoba bertanya hal itu kepadanya, ia jelaskan dengan santai, ya itu barang memang kami gunakan sebagai media sosialisasi. Tolong  jangan di anggap sebagai aktifitas politik transaksional. Adanya  9 unit mobil ambulance sebagai contoh niat kepedulian kami tentang layanan kesehatan khususnya bagi masyarakat di pedesaan yang jauh dari pusat layanan kesehatan yang layak. Bagi masyarakat yang membutuhkan, atau mengetahui rekan, tetangga, keluarga yang membutuhkan ambulans gratis, dan atau pendampingan relawan Gerindra di rumah sakit dan Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan gratis, silahkan menghubungi kantor kami atau beberapa Caleg setempat yang telah kami tunjuk sebagai pusat koordinasi mulai bulan Januari nanti. Saya hanya ingin sampaikan pesan lagi coba kalau negara ini tidak terlanda badai korupi, jika per desa tersedia mobil ambulance akan sangat meringankan kesehatan masyarakat.


       Beberapa minggu yang lalu kami melakukan bakti sosial kepada 200 perwakilan petani cengkeh dari beberapa kecamatan di wonogiri menghadiri kegiatan pembagian 3.000 bibit cengkeh yang dipusatkan di Jatisrono-Wonogiri dan  Jatiyoso-Karanganyar.  Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan di bidang pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai bentuk kepeduliannya sebagai bagian dari anak bangsa untuk kembali menggeliatkan roda perekonomian melalui program pertanian dan perkebunan. Ia mengatakan bahwa apa yang lakukan saat ini merupakan salah satu strategi yang ia bangun sebagai embrio untuk kembali membangun ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan cara menggairahkan kembali urat nadi pertanian dan perkebunan,yang ia yakini bisa memberikan manfaat lebih dikemudian hari.  Tidak hanya sebagai roda ekonomi namun juga memberi dampak keramahan lingkungan serta alam yang bersahabat. Hal tersebut sudah dilakukan selama puluhan tahun oleh Yayasan keluarga Djojohadikusumo.

MEMBAGIKAN BIBIT CENGKEH


         Kami juga ingin menyampaikan pesan bahwa cengkeh di wilayah Wonogiri, Karanganyar dan sebagian daerah Sragen merupakan kekuatan ekonomi petani. Kita tahu produk cengkeh bernilai tinggi dan pasar ekspornya besar, tetapi lihat di hampir semua kebun petani banyak yang sudah mati seakan tidak ada yang peduli lagi. Kami juga prihatin banyak home industri pengolahan minyak daun cengkeh saat ini kesulitan mendapatkan rontokan daun cengkeh.
Kembali tolong...tolong... jawab dengan jujur mengapa para penguasa pusat maupun daerah selama ini seakan tutup mata atau memang ora mudheng? Silahkan kami kalau sudah bicara ini nanti kembali jadi generasi pengkritik pedas. Perjuangan untuk menggairahkan hidup petani dan orang desa sudah kami pikirkan dan mulai. Selanjutnya tak akan berhenti “jika nantinya rakyat mau menyadari dan ingin mempercayakan bangsa ini kepada pemimpin atau wakil rakyat seperti kami ini yang sedang menentang arus budidaya wani pira”. Kalau kami hanya ingin kemenangan secara tidak bersih, untuk apa saya harus siang malam ke pedusunan di tiga kabupaten ini, mbok turu wae tinggal suruhan mereka orang politikus. Ingat khan Mas, kami ini pejuang politik bukan politisi atau politikus. Saya ini juga rakyat biasa, jadi kalau saya ke pelosok pedusunan ingin melihat, mendengar dan merasakan jeritan rakyat saat ini.
Sebentar Mbak Rahayu nuwun sewu boleh saya tambah sedikit, kata Agustri, sekarang ini ada pihak-pihak yang klaim kami orang asli daerah ini dan itu, sedangkan  Mbak Rahayu itu orang Jakarta tahu apa dan nanti kalau dipercaya akan lupa.  Kita boleh dong tertawa geli dan balik bertanya tahu apa kalian dengan problematika kehidupan kaum petani dan orang desa serta kaum miskin? Sambil tertawa ringan Rahayu Saraswati menanggapi “jangan-jangan mereka itu kalau ditanya benarkah Jawa Tengah ini angka kemiskinannya di jajaran teratas di Indonesia?” Ntar jawabannya khan luput..”weleh..oh ngono to tibake sapa sing crito
           Memang sosok Rahayu Saraswati saat ini juga gigih untuk belajar bahasa Jawa karena ia cukup lama tinggal di luar negeri bersama keluarganya dan ketika meniti jenjang pendidikan tinggi. Namun, ia juga menceritakan ketika sering memberi sambutan pada acara orang hajatan di pedusunan selalu menggunakan Bahasa Jawa Krama Inggil. Ia dengan tekun mempersiapkan secara tertulis dan ketika membawakan sambutan tinggal membacanya agar tidak keliru dalam tatanan sopan santun. Ketika kami konfirmasi sudah berapa kali Mbak menghadiri acara hajatan? Ia malah tertawa...sampeyan iku lho wartawan kok seperti pejabat saja yang dilihat hitungan angka absen...mangke malah takok lagi berapa kali saya datang melayat. Bukan apa-apa Mas, intinya saya tulus ingin bermasyarakat di daerah perjuangan saya ini, biar kelak jika dipercaya masyarakat kami juga bagian dari perjuangan masyarakat daerah ini.    


Pembangunan   
       Saat dari Radar Pos mulai masuk tentang pembangunan perekonomian, Rahayu Saraswati kembali menengok kisah sejarah. Bung Karno pernah mengobarkan semangat bangsa Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), saat itu memang cita-cita itu putus ketika terjadi pergolakan politik bangsa di era tahun 1960 an.  Sekarang di jaman ini akan didobrak oleh beliau pemimpin kami: Pak Prabowo “kita tidak ingin menjadi bangsa pengemis, kita tidak ingin didekte oleh kekuatan asing, kita ingin bangsa ini bangkit menjadi Macan Asia, kita ingin menjadi bangsa yang di segani dunia”. Sikap tegas, cerdas dan kuat inilah yang juga memberikan semangat dan inspirasi kami kenapa kita tak akan merasa lelah berjuang untuk menjelaskan kepada masyarakat, agar mereka tidak keliru menyikapi sehingga tersesat dalam menentukan aspirasinya dalam Pemilu dan Pilpres 2014.
        Kita mesti jujur saja dalam sektor pembangunan ekonomi apalagi di bidang pertanian dan hidup orang desa. Khusus bidang ini kita sudah sepantasnya menengok dan belajar dari Pak Harto. Jaman itu telah dirintis hingga Indonesia swasembada berbagai komoditas pangan, konon kita malah bisa ekspor. Fakta sekarang kita rasakan bersama dari beras, gula, kedelai, daging, bawang merah, bawang putih dan buah-buahan masih harus impor. Bahkan kalau ke super market ubi-ubian pun juga banyak di jual dari hasil pertanian negara luar. Jadi apa yang salah dengan bangsa ini di era reformasi ini, tolong kami diluruskan kalau apa yang kami katakan di awal tadi ngawur  “sudah akhiri korupsi, tegakkan kebenaran, hentikan budidaya wani pira”.
         Mari kita mulai bangun kesadaran baru bahwa saatnya Bumi Pertiwi ini harus segera diselamatkan dari kehancuran hidup berbangsa. Indonesia luar biasa besar kekayaannya yang harus dikelola dengan benar. Bagi para petani dan orang desa ini saatnya untuk menatap Pembangunan yang memberikan harapan dan gairah hidup. Hak rakyat tidak sekedar hanya mau dibeli suaranya dengan uang 50-100 ribu atau ditukar dengan semen atau seragam ini dan itu. Kami harus ulang lagi dan tak akan berhenti bicara “Jika Gerindra Menang dan Prabowo Presiden” anggaran 1 milyar per desa per tahun akan diberikan. Bahkan masyarakat harus tahu anggaran itu masih ditambah anggaran/program daerah ataupun nasional. Belum lagi hasil dari pelaksanaan 6 Program Aksi Partai Gerindra secara nasional, dampak ekonomi makronya akan dhasyat.  Mas Agustri yang seorang ekonom itu pasti sudah bisa berkalkulasi, dan tolong Mas jangan berhenti berbicara di pedusunan ngjih. Di tambahkan oleh Rahayu Saraswati, saya minta maaf kalau selama ini baru bicara dengan media bersama dengan Mas Agustri, ini hanya masalah proses dan waktu saja dan kebetulan di sini yang ada kawan satu ini. Monggo kalau mau ditambahkan silahkan santai saja, Rahayu Saraswati sambil mempersilahkan Agustri.

Sosialisasi dan Pendidikan Politik
      Kesempatan ini Agustri dan Rahayu Saraswati mulai gayeng saling memberikan pendapat dan opini masing-masing. Mereka katakan masyarakat sekarang ini banyak yang kurang paham dalam bersikap dalam hal politik, begini banyak yang masih keliru “Presiden kulo mathuk sanget Pak Prabowo”. Tetapi mereka masih perlu di sosialisasi dan diperjelas panjang lebar “menawi Presiden Prabowo njih Partainya yang didukung kedah Gerindra”. Setelah kami jelaskan begitu lucu juga biasanya mereka langsung mantuk-manthukwow ngoten to” dan mereka sambil merasa heran “kok enten sing ngomong Presiden kita juga Prabowo tapi tulong Caleg ke niki mawon” padahal yang ditawarkan bukan mereka dari Caleg Gerindra.
Intinya mereka berdua juga tak akan henti memberikan pendidikan politik ke masyarakat bahwa budidaya wani piro dan serangan fajar jelas menyesatkan di padang dari sudut apapun. Mereka tegaskan lagi kalau kami ingin bekerja dengan jujur dan pembela rakyat yang sejati maka sikap politik menentang arus ini sudah sebagai bukti awal kami tulus dan jujur serta ingin terus berusaha menghentikan korupsi. Sesekali kami tidak segan menyampaikan ke masyarakat “terima amplopnya tetapi jangan salah pilih” karena kami yakin sekarang ini rakyat mulai banyak yang cerdas. Apalagi kalau kita ajak bicara bagaimana Budaya Wayang. Wah kita bisa tertawa sampai mules..! gayeng dan lucu. Dalam cerita pewayangan masyarkat mudah memahami ketika kami ajak cerita tentang gaya bangsa Korawa dan perjuangan bangsa Pandawa. Dengan santai mereka mudah saja memberikan ilustrasi, itu lho gaya Pragota, Dursasana dan lebih-lebih Sengkuni...
          Agustri saat itu mengulang apa yang telah dikatakan di Jumantoro sambil menatap serius ke awak media, jadi kesempatan ini sekali...! kalau bukan Mbak Rahayu Saraswati...siapa yang lebih mumpuni...? Panjenengan boleh menggali opini lain, saya clear saja dan juga berDoa semoga pernyataan saya tidak melanggar kode etik profesioanlisme yang saya jaga selama ini. Jangan sia-siakan, sudah terlalu lama kita berbuat salah, apakah mau mengulangi kesalahan yang sama dan maaf semoga itu tidak terjadi karena kesalahan kita melihat sejarah.
Rahayu Saraswati menggarisbawahi dengan semangatnya, saya yakin dan percaya bahwa di Indonesia masih banyak yang baik dan menginginkan yang terbaik demi masa depan anak dan cucu. Saatnya untuk membuktikan bahwa KEBENARAN masih bisa berdiri di Indonesia. Ini Gunung, Badai dan Goliat yang sungguh luar biasa kuatnya untuk dilawan, tetapi kebaikan dan kebenaran harus memiliki suara dan harapan. Kalau tidak... tidak... tidak ada pilihan lain selain berjuang. Kalau bukan untuk kita, maka lakukanlah demi anakmu yang perlu masa depan yang lebih cerah.  
        Setelah itu mereka dengan nada lirih mengungkapkan isi hati permenungannya. Benar kata Pak Prabowo: kadang-kadang terlalu naif  kami ikut ke politik karena kami bukan ahli-ahli politik. Kami maju menjadi pejuang politik karena keharusan keadaan dan karena keharusan sejarah. Kadang kita selayaknya bertanya dalam hati siapa sebenarnya pejuang sejarah dan perusak sejarah bangsa ini, mari kita renungkan dan sejarah yang akan menjawab.

1 comment:

  1. http://www.tribunnews.com/nasional/2014/04/05/jokowi-tidak-bisa-hanya-mesam-mesem-ditanya-visi-misi-capres

    ReplyDelete