RADAR POS, Edisi 15 Desember 2013: COVER STORY
Rahayu
Saraswati Djojohadikusumo, seorang figur pejuang politik yang baru muncul di
negeri ini, sebelumnya Radar Pos telah mengenalnya ketika kami wawancara
bersama Agustri tentang agenda politiknya di Jumantoro-Jumapolo. Kami ingin
menggali lebih dalam tentang apa saja latar belakang dan perjuangan yang akan
dilakukan di daerah Karanganyar, Sragen dan Wonogiri. Minggu lalu ia habis
selesai mengikuti Konferensi Internasional di London bersama tokoh-tokoh
aktifis dari berbagai negara terkait pembelaanya untuk anti perdangangan
manusia.
Sejarah
Panjang
Perjalanan politik
Cucu Begawan Ekonomi Indonesia “Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo”
ini memang
tidak akan lepas dari sejarah panjang perjuangan keluarga besar Djojohadikusumo
untuk Indonesia. Ia menyampaikan ini sejarah panjang dan sekarang Bapak saya:
Pak Hashim dan Pakdhe saya: Pak Prabowo sedang berjuang bersama Partai Gerindra,
apa kami sebagai generasi muda berdiam diri? Tolong kalau mau melihat pribadi
saya jangan karena anak siapa dan keponakan siapa, itu boleh saja karena memang
saya bagian dari sejarah keluarga. Saat ini banyak hal yang perlu saya
sampaikan kenapa sih kok kami mau menjadi pejuang politik. Itulah kata awal
sambutannya kepada Radar Pos dan setelah itu kami dengan ramah dipersilahkan
duduk ke dalam sebuah ruangan di kantornya Karanganyar.
Sesuai
rencana pertemuan Radar Pos didampingi Agustri dengan maksud agar nyambung dari
semua peliputan kami selama ini. Seperti yang lalu ketika kami berbincang
memang selalu dalam suasana santai seperti kita ngobrol antar kawan lama saja. Luar biasa dan bagi kami dari media agak bengong ketika Rahayu Saraswati memulai
menengok sejarah lama Majapahit.
Kalau di
Jumantoro saya bicara semangat Jendral Sudirman, mari kita mengingat bahwa
Nusantara ini pernah jaya dan disegani dunia oleh perjuangan seorang Patih Gadjah
Mada ketika Raja Hayam Wuruk di Jaman Majapahit. Kejayaan Nusantara pada jaman
itu sangat hebat bukan hanya gemah ripah
dan loh jinawi nya tanah air tetapi
juga semangat persatuan berbangsa dalam Bhineka Tunggal Ika. Kita bersyukur
sekarang NKRI masih utuh tetapi bagaimana dengan Bhineka Tungggal Ika? sangat
jelas kekhawatiran ini menjadi salah satu perjuangan kami. Seperti disampaikan
Pak Prabowo “...tetapi kita tahu kekuatan-kekuatan yang menginginkan Indonesia
pecah juga sangat besar, dari dulu ada kekuatan yang tidak rela adanya Republik
Indonesia”. Teladan Sejarah Gadjah Mada sudah sepantasnya menjadi dambaan rakyat
Indonesia agar gemah ripah toto tentrem kerto raharjo.
LET. JEND. (PURN.) PRABOWO SUBIANTO
|
Generasi
Frustasi
Kita tahu perjuangan seorang Prabowo Subianto
dan Partai Gerindra untuk mengembalikan bangkitnya kejayaan negeri ini sangat
berat. Sekarang, setelah beberapa tahun demokrasi berjalan di
Indonesia, bukannya Indonesia jadi lebih baik, tetapi malah menjadi tempat para
penipu dan koruptor berjaya dan menikmati hasil rampasan mereka. Alhasil,
rakyat jenuh, marah, apatis, dan merasa putus asa. Jujur, saya pun rakyat, saya
pun frustrasi dan marah dengan pemerintah. Tiga tahun saya di Metro TV (Talk Indonesia
yang baru saja selesai tayang), salah seorang generasi muda yang cukup lantang
mengkritik sepak terjang pemerintah selama ini. Sambil mengarahkan pandangan ke
Agustri, ia bicara agak pelan, tanya Mas Agustri itu bagaimana kalau dia membedah
situasi seperti ini. Agustri sambil memegang kening dan berkerut meresponnya
benar Mbak beberapa kali di media cetak saya juga kesal, bahkan kalau di
forum-forum diskusi kadang saya meledak-ledak menuding pemerintah. Selanjutnya
Rahayu Saraswati sambil tergeleng-geleng berguman “ya kita ini generasi-generasi frustasi”.
Waktu saya belajar di luar negeri,
saya sangat bersyukur karena kesempatan yang luar biasa itu justru menjadi
bekal bagi saya. Di sana saya tidak lupa akan bangsa dan negara tetapi justru
bangga, karena saya lihat keindahan dan kekayaan budaya kita yang jarang
sekali, bahkan hampir tidak ada yang bisa membandingi. Namun, seakan banyak
yang buta dan tertutup matanya terhadap Berkat yang luar biasa ini dari Tuhan
YME... hanya demi hasrat raga, demi kekuasaan dan kekayaan duniawi. Akhirnya, kita mulai merasa putus asa - karena
orang-orang yang berkuasa mayoritas korup dan tidak bertanggung jawab. Dulu
setiap kali saya diwawancara oleh wartawan, pasti saya menjawab "Moh..!" kalau ditanyakan apakah
saya ada niat untuk masuk ke dunia politik. Alasan saya jelas karena melihat
sebagai dunia yang kotor - politisi janji A, mending-mending kalau dapat E, terkadang dapatnya Z..! Tetapi Bapak
saya (Pak Hashim Djojohadikusumo) mengatakan kata-kata yang jadi pacuan banyak
orang untuk bangun: "Selama
orang-orang baik diam dan tidak melakukan apa-apa, maka yang jahatlah yang akan
terus berkuasa." Mau dibawa ke mana bangsa ini?
Saya bukan yang paling pintar, bahkan bukan yang paling baik. Kami hanya seorang generasi muda yang mau bertindak, tidak hanya asal pintar ngoceh, mengkritik, tetapi tidak berbuat apa-apa untuk membawa perubahan yang lebih baik. Saya menyambut baik seperti niat Mas Agustri yang telah bergabung dalam perjuangan ini, dan tentu di daerah ini saya juga melihat potensi-potensi generasi telah dan akan bergabung. Ya kalau saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melakukan yang terbaik dari apa yang bisa saya lakukan, dari segala kekuatan maupun keterbatasan saya. Untuk itu saya tau betapa pentingnya untuk setiap orang di negeri ini untuk menyadari potensi di dalam diri untuk menjadi yang terbaik, agar bisa menjadi berkah ingkang sae bagi orang lain.
Saya bukan yang paling pintar, bahkan bukan yang paling baik. Kami hanya seorang generasi muda yang mau bertindak, tidak hanya asal pintar ngoceh, mengkritik, tetapi tidak berbuat apa-apa untuk membawa perubahan yang lebih baik. Saya menyambut baik seperti niat Mas Agustri yang telah bergabung dalam perjuangan ini, dan tentu di daerah ini saya juga melihat potensi-potensi generasi telah dan akan bergabung. Ya kalau saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melakukan yang terbaik dari apa yang bisa saya lakukan, dari segala kekuatan maupun keterbatasan saya. Untuk itu saya tau betapa pentingnya untuk setiap orang di negeri ini untuk menyadari potensi di dalam diri untuk menjadi yang terbaik, agar bisa menjadi berkah ingkang sae bagi orang lain.
Korupsi, Wani
Pira dan Kebenaran
Ada pepatah dalam bahasa Inggris: "Be the change that you want to see in
this world." atau "Jadilah
perubahan yang ingin engkau lihat di dunia ini." Saya hanya 1 orang
saja dan 1 orang lagi itu Mas Agustri, tetapi kalau kita semua bersama-sama
menyatakan "SUDAH! AKHIRI KORUPSI! Hentikan pembodohan rakyat! Di sini,
kami ingin KEBENARAN yang berdiri teguh! Kami tidak menginginkan budaya 'WANI
PIRO' untuk meraja lela, karena kami berhak mendapatkan kesempatan dan peluang
untuk hidup yang sama, di kota maupun di desa! Karena kami ingin anak cucu kami
mendapatkan Indonesia yang lebih baik dibanding apa yang kami terima!" Itu
mungkin hanya mimpi di benak saya saat ini... mungkin akan dibilang orasi omong kosong... jadi kami hanya bisa berDoa
bahwa apa yang saya katakan ini secara tulus dari lubuk hati yang dalam bisa
diterima dengan baik.
Dari awal, saya tidak bisa maupun tidak mampu untuk berjanji yang macam-macam... karena yang memanggil saya untuk maju ke dalam ranah politik pun Tuhan Allah semua umat. Ya, saya tanggung jawabnya bukan dengan siapa-siapa tetapi kepada Tuhan. Jadi saya hanya bisa berjanji satu hal... Kalau memang Tuhan memberikan saya kesempatan untuk mengabdi kepada Indonesia di Senayan, maka saya akan berjuang sekuat tenaga untuk bekerja demi kesejahteraan rakyat DAN KEBENARAN.
Dari awal, saya tidak bisa maupun tidak mampu untuk berjanji yang macam-macam... karena yang memanggil saya untuk maju ke dalam ranah politik pun Tuhan Allah semua umat. Ya, saya tanggung jawabnya bukan dengan siapa-siapa tetapi kepada Tuhan. Jadi saya hanya bisa berjanji satu hal... Kalau memang Tuhan memberikan saya kesempatan untuk mengabdi kepada Indonesia di Senayan, maka saya akan berjuang sekuat tenaga untuk bekerja demi kesejahteraan rakyat DAN KEBENARAN.
Saat ia mengatakan itu kalimat itu,
terus terang kami dari mediapun malah menundukan kepala begitu juga Agustri,
dan semua terdiam beberapa menit. Kemudian kami perlahan matur lagi monggo Mbak dipun
lajengaken.. dan Rahayu Saraswati mulai kembali, njih karena saya sadari bahwa di Senayan, kebenaran yang sah adalah
kebenaran mayoritas, belum tentu kebenaran yang sebenarnya. Saya berDoa kalau
diberi kesempatan, bahwa nanti saya akan menemui teman-teman yang memiliki visi
dan misi yang sama...yang berani untuk mengatakan bahwa politik bukanlah akhir
dari perjuangan, bahwa politik bukanlah ambisi dan karir, tetapi kendaraan dan
media untuk menyejahterakan rakyat. Saya dulu suka berkata bahwa saya alergi
politik, tetapi rupanya bukan politik yang salah tetapi orang-orang nya yang
salah atau keliru.
Bakti Sosial
dan Sosialisasi
Di Kantor
Rahayu Saraswati Karanganyar, nampak banyak mobil ambulance dan berbagai peralatan
atau logistik lainnya.
AMBULANCE LAYANAN KESEHATAN GRATIS
|
Beberapa minggu
yang lalu kami melakukan bakti sosial kepada 200 perwakilan petani cengkeh dari
beberapa kecamatan di wonogiri menghadiri kegiatan pembagian 3.000 bibit
cengkeh yang dipusatkan di Jatisrono-Wonogiri dan Jatiyoso-Karanganyar. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari
beberapa kegiatan di bidang pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh Rahayu
Saraswati Djojohadikusumo sebagai bentuk kepeduliannya sebagai bagian dari anak
bangsa untuk kembali menggeliatkan roda perekonomian melalui program pertanian
dan perkebunan. Ia mengatakan bahwa apa yang lakukan saat ini merupakan salah
satu strategi yang ia bangun sebagai embrio untuk kembali membangun ekonomi
yang berbasis kerakyatan dengan cara menggairahkan kembali urat nadi pertanian
dan perkebunan,yang ia yakini bisa memberikan manfaat lebih dikemudian hari. Tidak hanya sebagai roda ekonomi namun juga
memberi dampak keramahan lingkungan serta alam yang bersahabat. Hal tersebut sudah dilakukan selama puluhan
tahun oleh Yayasan keluarga Djojohadikusumo.
MEMBAGIKAN BIBIT CENGKEH
|
Kami juga ingin menyampaikan pesan bahwa cengkeh di wilayah
Wonogiri, Karanganyar dan sebagian daerah Sragen merupakan kekuatan ekonomi
petani. Kita tahu produk cengkeh bernilai tinggi dan pasar ekspornya besar,
tetapi lihat di hampir semua kebun petani banyak yang sudah mati seakan tidak
ada yang peduli lagi. Kami juga prihatin banyak home industri pengolahan minyak daun cengkeh saat ini kesulitan
mendapatkan rontokan daun cengkeh.
Kembali tolong...tolong... jawab
dengan jujur mengapa para penguasa pusat maupun daerah selama ini seakan tutup
mata atau memang ora mudheng?
Silahkan kami kalau sudah bicara ini nanti kembali jadi generasi pengkritik pedas.
Perjuangan untuk menggairahkan hidup
petani dan orang desa sudah kami pikirkan dan mulai. Selanjutnya tak akan
berhenti “jika nantinya rakyat mau menyadari dan ingin mempercayakan bangsa ini
kepada pemimpin atau wakil rakyat seperti kami ini yang sedang menentang arus
budidaya wani pira”. Kalau kami hanya ingin kemenangan secara tidak bersih,
untuk apa saya harus siang malam ke pedusunan di tiga kabupaten ini, mbok turu wae tinggal suruhan mereka
orang politikus. Ingat khan Mas, kami ini pejuang politik bukan politisi atau
politikus. Saya ini juga rakyat biasa, jadi
kalau saya ke pelosok pedusunan ingin melihat, mendengar dan merasakan jeritan
rakyat saat ini.
Sebentar Mbak Rahayu nuwun sewu boleh saya tambah sedikit,
kata Agustri, sekarang ini ada pihak-pihak yang klaim kami orang asli daerah
ini dan itu, sedangkan Mbak Rahayu itu
orang Jakarta tahu apa dan nanti kalau dipercaya akan lupa. Kita boleh
dong tertawa geli dan balik bertanya tahu apa kalian dengan problematika
kehidupan kaum petani dan orang desa serta kaum miskin? Sambil tertawa ringan
Rahayu Saraswati menanggapi “jangan-jangan mereka itu kalau ditanya benarkah
Jawa Tengah ini angka kemiskinannya di jajaran teratas di Indonesia?” Ntar jawabannya
khan luput..”weleh..oh ngono to tibake
sapa sing crito”
Memang sosok Rahayu Saraswati saat
ini juga gigih untuk belajar bahasa Jawa karena ia cukup lama tinggal di luar
negeri bersama keluarganya dan ketika meniti jenjang pendidikan tinggi. Namun,
ia juga menceritakan ketika sering memberi sambutan pada acara orang hajatan di
pedusunan selalu menggunakan Bahasa Jawa
Krama Inggil. Ia dengan tekun mempersiapkan secara tertulis dan ketika
membawakan sambutan tinggal membacanya agar tidak keliru dalam tatanan sopan santun. Ketika kami
konfirmasi sudah berapa kali Mbak menghadiri acara hajatan? Ia malah tertawa...sampeyan iku lho wartawan kok seperti pejabat saja yang dilihat
hitungan angka absen...mangke malah takok lagi berapa kali saya datang
melayat. Bukan apa-apa Mas, intinya saya tulus ingin bermasyarakat di daerah
perjuangan saya ini, biar kelak jika dipercaya masyarakat kami juga bagian dari
perjuangan masyarakat daerah ini.
Pembangunan
Saat dari Radar Pos mulai masuk
tentang pembangunan perekonomian, Rahayu Saraswati kembali menengok kisah
sejarah. Bung Karno pernah mengobarkan semangat bangsa Berdikari (berdiri di
atas kaki sendiri), saat itu memang cita-cita itu putus ketika terjadi
pergolakan politik bangsa di era tahun 1960 an.
Sekarang di jaman ini akan didobrak oleh beliau pemimpin kami: Pak Prabowo “kita tidak ingin menjadi
bangsa pengemis, kita tidak ingin didekte oleh kekuatan asing, kita ingin
bangsa ini bangkit menjadi Macan Asia, kita ingin menjadi bangsa yang di segani
dunia”. Sikap tegas, cerdas dan kuat inilah yang juga memberikan semangat
dan inspirasi kami kenapa kita tak akan merasa lelah berjuang untuk menjelaskan
kepada masyarakat, agar mereka tidak keliru menyikapi sehingga tersesat dalam
menentukan aspirasinya dalam Pemilu dan Pilpres 2014.
Kita mesti jujur saja dalam sektor
pembangunan ekonomi apalagi di bidang pertanian dan hidup orang desa. Khusus
bidang ini kita sudah sepantasnya menengok dan belajar dari Pak Harto. Jaman
itu telah dirintis hingga Indonesia swasembada berbagai komoditas pangan, konon
kita malah bisa ekspor. Fakta sekarang kita rasakan bersama dari beras, gula,
kedelai, daging, bawang merah, bawang putih dan buah-buahan masih harus impor.
Bahkan kalau ke super market ubi-ubian pun juga banyak di jual dari hasil
pertanian negara luar. Jadi apa yang salah dengan bangsa ini di era reformasi
ini, tolong kami diluruskan kalau apa yang kami katakan di awal tadi ngawur “sudah akhiri korupsi, tegakkan kebenaran,
hentikan budidaya wani pira”.
Mari kita mulai bangun kesadaran
baru bahwa saatnya Bumi Pertiwi ini harus segera diselamatkan dari kehancuran
hidup berbangsa. Indonesia luar biasa besar kekayaannya yang harus dikelola
dengan benar. Bagi para petani dan orang
desa ini saatnya untuk menatap Pembangunan yang memberikan harapan dan gairah
hidup. Hak rakyat tidak sekedar hanya mau dibeli suaranya dengan uang
50-100 ribu atau ditukar dengan semen atau seragam ini dan itu. Kami harus
ulang lagi dan tak akan berhenti bicara “Jika
Gerindra Menang dan Prabowo Presiden” anggaran 1 milyar per desa per tahun akan
diberikan. Bahkan masyarakat harus tahu anggaran itu masih ditambah anggaran/program
daerah ataupun nasional. Belum lagi hasil dari pelaksanaan 6 Program Aksi
Partai Gerindra secara nasional, dampak ekonomi makronya akan dhasyat. Mas Agustri yang seorang ekonom itu pasti
sudah bisa berkalkulasi, dan tolong Mas jangan berhenti berbicara di pedusunan ngjih. Di tambahkan oleh Rahayu
Saraswati, saya minta maaf kalau selama ini baru bicara dengan media bersama
dengan Mas Agustri, ini hanya masalah proses dan waktu saja dan kebetulan di
sini yang ada kawan satu ini. Monggo
kalau mau ditambahkan silahkan santai saja, Rahayu Saraswati sambil
mempersilahkan Agustri.
Sosialisasi
dan Pendidikan Politik
Kesempatan ini Agustri dan Rahayu
Saraswati mulai gayeng saling
memberikan pendapat dan opini masing-masing. Mereka katakan masyarakat sekarang
ini banyak yang kurang paham dalam bersikap dalam hal politik, begini banyak
yang masih keliru “Presiden kulo mathuk
sanget Pak Prabowo”. Tetapi mereka masih perlu di sosialisasi dan diperjelas
panjang lebar “menawi Presiden
Prabowo njih Partainya yang didukung
kedah Gerindra”. Setelah kami jelaskan begitu lucu juga biasanya mereka
langsung mantuk-manthuk “wow ngoten to” dan mereka sambil merasa
heran “kok enten sing ngomong Presiden
kita juga Prabowo tapi tulong Caleg ke
niki mawon” padahal yang ditawarkan bukan mereka dari Caleg Gerindra.
Intinya mereka berdua juga tak akan henti memberikan
pendidikan politik ke masyarakat bahwa budidaya wani piro dan serangan fajar jelas menyesatkan di padang dari sudut
apapun. Mereka tegaskan lagi kalau kami
ingin bekerja dengan jujur dan pembela rakyat yang sejati maka sikap politik
menentang arus ini sudah sebagai bukti awal kami tulus dan jujur serta ingin
terus berusaha menghentikan korupsi. Sesekali kami tidak segan menyampaikan
ke masyarakat “terima amplopnya tetapi jangan salah pilih” karena kami yakin
sekarang ini rakyat mulai banyak yang cerdas. Apalagi kalau kita ajak bicara bagaimana
Budaya Wayang. Wah kita bisa tertawa sampai mules..!
gayeng dan lucu. Dalam cerita
pewayangan masyarkat mudah memahami ketika kami ajak cerita tentang gaya bangsa Korawa dan perjuangan bangsa
Pandawa. Dengan santai mereka mudah saja memberikan ilustrasi, itu lho gaya
Pragota, Dursasana dan lebih-lebih Sengkuni...
Agustri saat
itu mengulang apa yang telah dikatakan di Jumantoro sambil menatap serius ke
awak media, jadi kesempatan ini sekali...!
kalau bukan Mbak Rahayu Saraswati...siapa yang lebih mumpuni...? Panjenengan boleh menggali opini lain,
saya clear saja dan juga berDoa
semoga pernyataan saya tidak melanggar kode etik profesioanlisme yang saya jaga
selama ini. Jangan sia-siakan, sudah terlalu lama kita berbuat salah, apakah
mau mengulangi kesalahan yang sama dan maaf semoga itu tidak terjadi karena
kesalahan kita melihat sejarah.
Rahayu
Saraswati menggarisbawahi dengan semangatnya, saya yakin dan percaya bahwa di
Indonesia masih banyak yang baik dan menginginkan yang terbaik demi masa depan
anak dan cucu. Saatnya untuk membuktikan bahwa KEBENARAN masih bisa berdiri di
Indonesia. Ini Gunung, Badai dan Goliat yang sungguh luar biasa kuatnya untuk
dilawan, tetapi kebaikan dan kebenaran harus memiliki suara dan harapan. Kalau tidak... tidak... tidak ada pilihan
lain selain berjuang. Kalau bukan untuk kita, maka lakukanlah demi anakmu yang
perlu masa depan yang lebih cerah.
Setelah itu
mereka dengan nada lirih mengungkapkan isi hati permenungannya. Benar kata Pak Prabowo: kadang-kadang
terlalu naif kami ikut ke politik karena
kami bukan ahli-ahli politik. Kami maju menjadi pejuang politik karena
keharusan keadaan dan karena keharusan sejarah. Kadang kita selayaknya
bertanya dalam hati siapa sebenarnya pejuang sejarah dan perusak sejarah bangsa
ini, mari kita renungkan dan sejarah yang akan menjawab.
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/04/05/jokowi-tidak-bisa-hanya-mesam-mesem-ditanya-visi-misi-capres
ReplyDelete