Sunday, April 27, 2014

Sistem Tumpang Sari dan Perkebunan Aren

Wawasan Rahayu Saraswati:

TA-Tabloid  EDISI 6/III | 2014
Para petani kita secara turun temurun sedari dulu telah mengenal dan menjalankan pertanian sistem tumpang sari. Namun pada kesempatan ini, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo memberikan wawasan mana kala sistem tumpang sari diterapkan di ladang dan kebun pohon aren. Tentang aren menurutnya sangat penting dipahami oleh masyarakat karena air nira pohon aren merupakan bahan baku bioetanol atau nabati sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Secara umum Rahayu Saraswati menjelaskan tentang sistem tumpang sari, “budidaya atau perkebunan pohon aren berbeda dengan perkebunan sawit. Kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang monokultural, artinya tidak bisa berkembang dengan adanya tumbuhan lain di sekitarnya, maka biasanya dikembangkan oleh para pengusaha besar pada lahan puluhan hingga ratusan ribu hektar.  Tetapi berbeda dengan pohon aren, di mana aren adalah tumbuhan multikultural, justru tanpa adanya tanaman lain di sekitarnya, dia tidak bisa bertumbuh dengan baik. Ini merupakan salah satu hal yang bagi saya pribadi sangat mengesankan, karena artinya kita bisa menerapkan sistem tumpang sari jika bergerak dengan pohon aren. Budidaya aren tidak harus memiliki lahan hektaran luasnya tetapi para petani pedesaan yang memiliki lahan kurang dari 1 hektar juga bisa menanamnya.
Bahkan pohon aren bisa ditanam dengan memanfatkan lahan di pinggiran kebun, ladang dan sawah – hebatnya pohon aren ini juga dikenal sebagai pencegah longsor karena bisa ditanamkan di tebing/tanah yang terjal. Di lahan tersebut petani juga bisa menanam tanaman pangan lainnya dengan sistem tumpang sari sehingga dari lahan ini tidak hanya mengandalkan hasil dari aren saja. Pada dasarnya pemikiran budidaya pohon aren akan memiliki nilai ekonomi tinggi tanpa harus meninggalkan tanaman pangan lainnya,” terangnya.   
“Saya telah melihat di berbagai wilayah Sragen, Karanganyar dan Wonogiri masih banyak lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam pohon aren. Kalau boleh berandai-andai apabila nantinya setiap keluarga petani menanam pohon aren 50 pohon per keluarga maka bisa diprediksi dari ketiga daerah ini akan memiliki 15 juta lebih pohon aren – jumlah tersebut menurut pengamatan saya jika di dalam teknis penamanan cukup di pinggiran kebun, ladang dan sawah yang dimiliki oleh rata-rata keluarga petani saat ini.  Belum lagi jika kelak ada petani yang memiliki lahan berhektar-hektar mau membudidayakan aren di lahan tersebut, luar biasa jumlah pohon aren dari daerah ini,” prediksi Rahayu Saraswati.
Seperti yang telah dipaparkan oleh Rahayu Saraswati sebelumnya bahwa aren merupakan sumber bahan baku bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak. Minyak dunia cepat atau lambat akan habis bahkan diprediksi sumber minyak kita akan habis pada tahun 2030.  “Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, jika tidak ada pemikiran matang dari pemerintah tentang permasalahan sumber daya alam yang selama ini menjadi penggerak pembangunan bangsa. Sebenarnya jawaban dari krisis ini ada, dan ada di tangan para petani. Petani kita mampu menyiapkan sumber energi ini dengan pembudidayaan tanaman-tanaman bahan baku nabati atau bioetanol, seperti pohon aren, ubi jalar, ubi kayu, sagu, sorgum, kemiri, dll. Kelak tanaman seperti aren akan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan ini merupakan peluang besar bagi petani Indonesia,” tandasnya.
“Untuk itu salah satu bagian penting dari program Partai Gerindra di bidang pertanian adalah membuka lahan hingga 2 juta hektar untuk bahan baku bioetanol yang dapat membuka lahan pekerjaan sehingga 12 juta orang,” Rahayu katakan dengan bangga. “Kita juga tahu bahwa ubi kayu saat ini merupakan hasil pertanian yang nilainya rendah. Tetapi jika kita memiliki pabrik bioetanol, maka nantinya ubi kayu juga akan memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai salah satu bahan baku. Memang telah terjadi sebelumnya di mana setelah sosialisasi mengenai sebuah tanaman, tidak ada tindak lanjut dari pemerintah, maka banyak masyarakat yang kecewa; tetapi kami di sini memegang teguh amanah dari Partai Gerindra untuk menjalankan program-program yang hitam di atas putih siap untuk dipertanggung jawabkan.”
Namun, Rahayu tambahkan bahwa semua wawasan ini tidak akan ada artinya kalau yang akan memerintah nanti bukan dari Partai Gerindra, karena program ini adalah salah satu pokok perjuangan partai tersebut. Jikalau partai lain yang berkuasa maka belum tentu mereka akan menjalankan dan mewadahi aspirasi rakyat untuk melihat Indonesia sebagai negara adidaya dalam bidang sumber daya alam. “Ini kami sampaikan bersama ayahanda Bapak Hashim Djojohadikusumo ketika berdiskusi dengan para tokoh petani dari Sragen dan Karanganyar pada bulan yang lalu. Maka kekuasaan dan pilihan ada di tangan rakyat. Jika memilih Partai Gerindra dan caleg-calegnya nanti di tanggal 9 April 2014, dan kita berhasil mendapatkan lebih dari 20% di tingkat pusat secara nasional, maka Bapak Prabowo Subianto bisa mendapatkan tiket sebagai calon presiden 2014-2019. Dan jika Bapak Prabowo menang di pilpres nanti, maka semua program termasuk program pertanian dan bahan bakar nabati ini dapat diperjuangkan dan diwujudkan. Jangan ada lagi petani yang dikecewakan atas komitmen pemerintah yang sekarang seakan tidak ada artinya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” tandasnya.

No comments:

Post a Comment