Wawasan Rahayu Saraswati:
TA-Tabloid EDISI 6/III | 2014
Para petani kita secara turun temurun sedari dulu telah
mengenal dan menjalankan pertanian sistem tumpang sari. Namun pada kesempatan
ini, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo memberikan wawasan mana kala sistem
tumpang sari diterapkan di ladang dan kebun pohon aren. Tentang aren menurutnya
sangat penting dipahami oleh masyarakat karena air nira pohon aren merupakan
bahan baku bioetanol atau nabati sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Secara umum Rahayu Saraswati
menjelaskan tentang sistem tumpang sari, “budidaya atau perkebunan pohon aren
berbeda dengan perkebunan sawit. Kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang
monokultural, artinya tidak bisa berkembang dengan adanya tumbuhan lain di
sekitarnya, maka biasanya dikembangkan oleh para pengusaha besar pada lahan puluhan
hingga ratusan ribu hektar. Tetapi
berbeda dengan pohon aren, di mana aren adalah tumbuhan multikultural, justru
tanpa adanya tanaman lain di sekitarnya, dia tidak bisa bertumbuh dengan baik.
Ini merupakan salah satu hal yang bagi saya pribadi sangat mengesankan, karena
artinya kita bisa menerapkan sistem tumpang sari jika bergerak dengan pohon
aren. Budidaya aren tidak harus memiliki lahan hektaran luasnya tetapi para
petani pedesaan yang memiliki lahan kurang dari 1 hektar juga bisa menanamnya.
Bahkan pohon aren bisa ditanam dengan memanfatkan lahan di pinggiran kebun,
ladang dan sawah – hebatnya pohon aren ini juga dikenal sebagai pencegah
longsor karena bisa ditanamkan di tebing/tanah yang terjal. Di lahan tersebut
petani juga bisa menanam tanaman pangan lainnya dengan sistem tumpang sari
sehingga dari lahan ini tidak hanya mengandalkan hasil dari aren saja. Pada
dasarnya pemikiran budidaya pohon aren akan memiliki nilai ekonomi tinggi tanpa
harus meninggalkan tanaman pangan lainnya,” terangnya.
“Saya telah melihat di berbagai
wilayah Sragen, Karanganyar dan Wonogiri masih banyak lahan pertanian yang
dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam pohon aren. Kalau boleh
berandai-andai apabila nantinya setiap keluarga petani menanam pohon aren 50 pohon
per keluarga maka bisa diprediksi dari ketiga daerah ini akan memiliki 15 juta
lebih pohon aren – jumlah tersebut menurut pengamatan saya jika di dalam teknis
penamanan cukup di pinggiran kebun, ladang dan sawah yang dimiliki oleh
rata-rata keluarga petani saat ini.
Belum lagi jika kelak ada petani yang memiliki lahan berhektar-hektar
mau membudidayakan aren di lahan tersebut, luar biasa jumlah pohon aren dari
daerah ini,” prediksi Rahayu Saraswati.
Seperti yang telah dipaparkan oleh Rahayu
Saraswati sebelumnya bahwa aren merupakan sumber bahan baku bioetanol sebagai
pengganti bahan bakar minyak. Minyak dunia cepat atau lambat akan habis bahkan
diprediksi sumber minyak kita akan habis pada tahun 2030. “Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, jika
tidak ada pemikiran matang dari pemerintah tentang permasalahan sumber daya
alam yang selama ini menjadi penggerak pembangunan bangsa. Sebenarnya jawaban
dari krisis ini ada, dan ada di tangan para petani. Petani kita mampu menyiapkan
sumber energi ini dengan pembudidayaan tanaman-tanaman bahan baku nabati atau
bioetanol, seperti pohon aren, ubi jalar, ubi kayu, sagu, sorgum, kemiri, dll. Kelak
tanaman seperti aren akan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan ini
merupakan peluang besar bagi petani Indonesia,” tandasnya.
“Untuk itu salah satu bagian penting
dari program Partai Gerindra di bidang pertanian adalah membuka lahan hingga 2 juta
hektar untuk bahan baku bioetanol yang dapat membuka lahan pekerjaan sehingga
12 juta orang,” Rahayu katakan dengan bangga. “Kita juga tahu bahwa ubi kayu
saat ini merupakan hasil pertanian yang nilainya rendah. Tetapi jika kita
memiliki pabrik bioetanol, maka nantinya ubi kayu juga akan memiliki nilai ekonomi
tinggi sebagai salah satu bahan baku. Memang telah terjadi sebelumnya di mana
setelah sosialisasi mengenai sebuah tanaman, tidak ada tindak lanjut dari
pemerintah, maka banyak masyarakat yang kecewa; tetapi kami di sini memegang
teguh amanah dari Partai Gerindra untuk menjalankan program-program yang hitam
di atas putih siap untuk dipertanggung jawabkan.”
Namun, Rahayu tambahkan bahwa semua
wawasan ini tidak akan ada artinya kalau yang akan memerintah nanti bukan dari
Partai Gerindra, karena program ini adalah salah satu pokok perjuangan partai
tersebut. Jikalau partai lain yang berkuasa maka belum tentu mereka akan
menjalankan dan mewadahi aspirasi rakyat untuk melihat Indonesia sebagai negara
adidaya dalam bidang sumber daya alam. “Ini kami sampaikan bersama ayahanda
Bapak Hashim Djojohadikusumo ketika berdiskusi dengan para tokoh petani dari
Sragen dan Karanganyar pada bulan yang lalu. Maka kekuasaan dan pilihan ada di
tangan rakyat. Jika memilih Partai Gerindra dan caleg-calegnya nanti di tanggal
9 April 2014, dan kita berhasil mendapatkan lebih dari 20% di tingkat pusat
secara nasional, maka Bapak Prabowo Subianto bisa mendapatkan tiket sebagai
calon presiden 2014-2019. Dan jika Bapak Prabowo menang di pilpres nanti, maka
semua program termasuk program pertanian dan bahan bakar nabati ini dapat
diperjuangkan dan diwujudkan. Jangan ada lagi petani yang dikecewakan atas
komitmen pemerintah yang sekarang seakan tidak ada artinya. Kalau bukan kita,
siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” tandasnya.
No comments:
Post a Comment