RAHAYU
SARASWATI DJOJOHADIKUSUMO,
TA-Tabloid EDISI 6/III | 2014
Sinar sorotnya luas, sudut padangnya tajam dan olah
pikirannya cerdas telah ditunjukan oleh seorang pejuang politik bernama Rahayu
Saraswati Djojohadikusumo. Cucu Begawan Ekonomi Indonesia ini mengawali perbincangan
dengan menyatakan sikapnya bahwa “kita tidak akan meninggalkan petani karena
mereka merupakan jawaban dari masalah bangsa ini.”
Memang kalau
dilihat dari jumlah anggaran yang dialokasikan ke sektor pertanian sangatlah kecil
dibanding total APBN – dari Rp 1800an triliun hanya Rp 15 triliun yang
dianggarkan untuk pertanian. “Menurut kami di Partai Gerindra,” Rahayu
sampaikan, “hal ini sangat tidak masuk akal karena pertanian adalah sumber
pangan bangsa. Yang seharusnya menjadi sumber nutrisi dan kesehatan kita semua
hanya diberikan kurang dari 1% anggaran negara. Akibatnya, kita melihat
banyaknya import pangan, harga yang tidak stabil, dan bahkan anak-anak kita pun
mendapatkan dampaknya karena kini diperkirakan bahwa jumlah balita dengan gizi
buruk sebanyak 36% di Indonesia.”
Pemain film
Merah Putih trilogi ini menekankan bahwa Partai Gerindra bukan baru-baru ini
saja memperjuangkan nasib para petani. Let. Jend. Purn. H. Prabowo Subianto
Djojohadikusumo memang dikenal sebagai Ketua HKTI selama bertahun-tahun, bahkan
sebelum dibentuknya Partai berlambang kepala garuda itu.
“Kami
mendukung dan memperjuangkan pertanian karena kita tahu bahwa pertanian adalah
jawaban krisis sumber daya alam, bukan hanya Indonesia, tetapi juga dunia,”
ucapnya setiap kali ia bersosialisasi ke masyarakat. “Di dalam 6 Program Aksi
Transformasi Bangsa milik Partai Gerindra, kami memiliki pasal ‘Membangun
kedaulatan pangan dan energi serta pengamanan sumber daya air.’ Pasal ini
mengupas program-program yang difokuskan untuk membangun ekonomi kerakyatan
melalui sektor pertanian di antara lainnya.”
Rahayu
memulai dengan membacakan 2 misi Partai Gerindra yang berhubungan dengan
pangan. Tertera dengan jelas bahwa di dalam program-program yang mereka miliki,
ada pertimbangan dan pengertian yang jelas mengenai kurangnya lapangan
pekerjaan saat ini. Perempuan keturunan Sultan Hamengkubuwono II ini pun
mengutarakan visinya yang salah satunya adalah melihat turunnya kebutuhan bagi
masyarakat Indonesia untuk mencari nafkah di negara lain, atau menjadi TKI,
yang merupakan salah satu sumber isu perdagangan manusia. Memang sudah sering
kali Rahayu terangkan kepada pihak media bahwa dirinya telah bergerak sebagai
aktivis anti-perdagangan orang sejak tahun 2009; dan kali ini ia pun tidak
sungkan menekankan betapa pentingnya pencetakan lapangan pekerjaan yang memadai
agar menurunnya angka korban perbudakan modern ini. “Tidak cukup,” Rahayu
tegaskan, “bagi pemerintah untuk memikirkan kebijakan-kebijakan yang bisa membantu
para korban, tetapi harus ada pemikiran jangka panjang mengenai pencegahan,
supaya tidak ada lagi orang yang rentan menjadi korban; dan salah satu usaha
yang harus dilakukan adalah pemikiran nyata dan yang bisa dikalkulasikan
tentang lapangan pekerjaan. Dan saya bangga, kami dari Partai Gerindra
mempunyai program yang menggabungkan permasalahan tersebut dengan pertanian.”
Diperkirakan
ada sekitar 7 juta orang yang sedang mengalami pengangguran, sedangkan 45 juta
orang lebih dikategorikan tidak produktif; dan Partai Gerindra berharap bahwa
dengan pencetakan lahan pekerjaan yang bisa menjadi sumber nafkah bagi sekitar
24 juta orang, banyak dari mereka yang akan antusias untuk masuk ke sektor
pertanian (lihat sub-pasal 1 & 3). Dengan peningkatan sektor pertanian pun,
diharapkan jumlah balita di Indonesia yang dikatakan mengalami kekurangan
gizi/gizi buruk sebesar 36% bisa teratasi.
Namun Rahayu tidak berhenti di situ. Ia berani
mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono pun sudah mendapatkan laporan dan/atau
pengajuan yang sama: bahwa Indonesia dengan kesuburannya dan segala
kelebihannya bisa menjadi penyelamat Eropa melalui program BioEthanol atau
bahan bakar nabati. Tetapi tentunya sejak tahun 2007, kita belum melihat Indonesia
sebagai super-power untuk sustainable
energy. “Dunia saat ini sedang mengalami krisis sumber daya alam.” Rahayu
menyampaikan dengan perlahan, “Jika kita terus menerus menguras Bumi seperti
yang kita lakukan saat ini, maka gas 25 tahun lagi habis, minyak 15 tahun lagi
habis. Batubara? 60 tahun lagi habis. Jawaban untuk sumber daya alam yang
berkesinambungan dan bisa terus mempertahankan ekosistem Bumi adalah di
pertanian dan perkebunan!”
Partai Gerindra menekankan pentingnya
sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan untuk kemandirian dan kemakmuran
setiap warga Indonesia; dan mereka manyatakan siap untuk mensosialisasikan 6
program tersebut di seluruh pelosok Indonesia.
“Selama saya keliling di Wonogiri, Karanganyar,
dan Sragen,” lanjut RSD, “kami mendapatkan banyak masukan dari GAPOKTAN. Banyak
petani menyampaikan keluh kesah mereka tentang pupuk – bagaimana kalau sudah
waktunya untuk mendapatkan pupuk, hampir sangat jarang, tidak mencukupi dan
harga naik. Waktu mereka butuh makan, harga pangan pun naik, sedangkan waktu
mereka panen, harga beras contohnya turun. Program “membangun pabrik pupuk urea
dan NPK baru milik petani dengan total kapasitas 4 juta ton” dan “menjamin
harga pangan yang menguntungkan petani dan nelayan serta melindungi konsumen”
diperjuangkan dengan kebutuhan masyarakat sebagai intisari dari program-program
tersebut.”
Program strategis dari partai
berlambang kepala burung garuda dengan basis pertanian ini, menurut Rahayu Saraswati ada 5 pokok. Pertama,
perluasan lahan pertanian hingga 4 juta hektar akan meningkatkan produktifitas
pangan nasional. Kedua, dalam proses pengolahan dan produksi pertanian akan
menyerap tenaga kerja hingga 24 juta orang lebih sehingga jumlah pengangguran
pun akan menurun. Ketiga, hasil produksi pertanian akan memiliki nilai ekonomi
tinggi karena tidak hanya sebagai bahan konsumsi tetapi juga sebagai bahan baku
bioetanol. Keempat, industrialisasi pertanian akan menjadi salah satu kekuatan
ekonomi karena sumber utama industri etanol dan DME adalah dari hasil pertanian.
Kelima, dari rehabilitasi DAS dan sumber air serta penggunaan panas bumi dan
air sebagai pembangkit listrik akan menciptakan industrialiasi energi ramah
lingkungan.
“Dari rangkaian poin ekonomi tersebut kita
tahu bahwa secara keseluruhan akan memberikan dampak kemakmuran bagi rakyat di
masa mendatang. Jadi, perjuangan kita ini bukan sesaat tetapi kita juga
memikirkan nasib anak cucu kita. Program Aksi Partai Gerindra ini adalah
program yang telah dipersiapkan oleh para praktisi dan pakar di bidangnya yang
tergabung dalam Dewan Pakar Partai Gerindra. Pemikiran saya adalah bagian dari
perjuangan agar kita mengetahui dengan benar tentang visi dan misi Partai
Gerindra. Kita diajak untuk berjuang bersama Partai Gerindra dalam Pemilu 9
April nanti. Setelah itu kita diajak berjuang mendukung Let. Jend. (Purn.)
Prabowo Subianto Djojohadikusumo menjadi Presiden Indonesia,” ajaknya.
“Bangsa Indonesia harus bisa bangkit dan
betul-betul bekerja mewujudkan Gemah
Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja. Pertanian adalah penyelamat
bangsa, kita akan membangun kedaulatan pangan dan energi serta pengamanan
sumber daya air serta melaksanakan ekonomi kerakyatan. Dari program ini dapat
saya tekankan ulang bahwa kita tidak akan meninggalkan petani, kita berjuang dan
bekerja bahu-membahu. Bagi kita yang berada di daerah Sragen, Karanganyar dan
Wonogiri, saya mohon Doa dan dukungan untuk misi perjuangan kita ini. Kalau
bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?“ tandas Rahayu
Saraswati mengakiri perbincangan waktu itu
No comments:
Post a Comment