MEMBANGUN SEJARAH POLITIK YANG BERBUDAYA
Karanganyar, Radar Pos Sepuluh Nopember Hari Pahlawan ada
apa di 4J Raya? Radar Pos kembali menjumpai Agustri di kantor Rahayu Saraswati
Karanganyar untuk mengkonfirmasi apa makna agenda di hari tersebut. Awalnya dia
katakan “lah.. biasa saja, kami hanya ingin
mengenang perjuangan para pahlawan negara”. Namun setelah kami telusuri
ternyata hari itu di Dusun Wates Jumantoro punya hajatan dan Agustri sebagai
tuan rumah. Dia ceritakan, kami menyambut tamu ala orang desa dengan cara
sederhana bernuansa budaya. Justru di kampunglah orang masih kenthal menghargai
budaya tinggalan leluhur. Semangat inilah yang dibangun oleh Agustri untuk menciptakan
iklim berbudaya dalam agenda politiknya.
Pada hari tersebut walau sederhana
tetapi nampak ada sesuatu yang menarik untuk dicermati. Di hari itu, kibaran
bendera Merah Putih, bendera Gerindra, umbul-umbul warna warni, busana
Nasional, busana Kejawen dan pakaian kaos Gerindra bertabur di Jumantoro.
Suasana semakin semarak ketika bahana suara musik Gending Jawa, Lagu Nasional
dan Mares Gerindra menyambut kehadiran seorang tokoh nasional yang mau
keraya-raya (susah payah) datang ke kampung. Tokoh nasional yang dimaksud adalah
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, sesuai yang pernah disampaikan Agustri pada Radar
Pos edisi awal bulan ini.
Tokoh wanita muda, cerdas dan berbudi
ini turun masuk kampung bukan ingin tebar pesona tetapi sebagai bentuk
keteguhan perjuangannya untuk ikut menyelamatkan bangsa ini. Kesempatan ini
diagendakan sehari penuh untuk menjumpai warga masyarakat yang datang dari
berbagai pedusunan 4J Raya. Suasana hari itu mengharukan dan sekaligus
membanggakan di mana hari tersebut ada ribuan rakyat dari pedusunan hadir dalam
acara ini. Mereka bagian dari team sukses dan simpatisan R. Agus Trihatmoko,
SE. MBA. MM (Caleg DPRD Kabupaten Karanganyar Dapil 3: 4J Raya) dan Rahayu
Saraswati Djojohadikusumo (Caleg DPR RI dari Wiliyah Jateng Dapil IV: Sragen, Karanganyar dan Wonogiri).
Di hari Pahlawan ini Agustri mengagendakan
tiga acara sekaligus, yaitu: Pembukaan Rumah Aspirasi, Rapat Pembekalan Team
dan Panggung Rakyat. Untuk itu kehadiran Rahayu Saraswati dapat dipastikan akan
memiliki peran dan makna yang sangat penting.
Rumah Aspirasi dimaksudkan sebagai
tempat rakyat berbicara. Aspirasi menurut agustri bukan saja ketika menjelang
pemilu tetapi akan berkelanjutan ketika masyarakat memberikan kepercayaan untuk
mewakilinya. Agustri sambil berkelakar dalam keterangannya bahwa rumah aspirasi
bukan untuk bicara wani piro, strategi serangan fajar dan politik transaksional.
Dijelaskan bahwa rumah aspirasi itu sebagai tempat rakyat bicara “apa sih harapan
dan uneg-unegnya (keluh kesah) rakyat selama ini?”
Rapat Pembekalan team dimaksudkan
untuk membangun semangat baru dalam perjuangan politik yang sebanarnya. Bukan
untuk bendrong (hura-hura) tetapi penekanannya lebih kepada makna mengapa
mereka harus rela menjadi pejuang untuk mensukseskan misi perjuangan Agustri
dan Rahayu Saraswati beserta Gerindra dan Prabowo. Rapat digelar di gedung
rakyat yaitu Balai Desa Jumantoro. Seluruh jajaran pemerintahan desa Jumantoro
ikut ambil bagian dalam acara ini, walaupun mereka dalam posisi politik netral
tetapi mereka merelakan diri nyengkuyung dan menghargai hadirnya para tamu yang
datang pada acara ini.
Kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
memberikan magnet tersendiri untuk masyarakat. Ia hadir membawa misi perjuangan
untuk menyelamatkan rakyat dari jurang kemiskinan, dari jepitan ketidakadilan
serta belenggu pembodohan. Agustri bersama masyarakat dusun wates dan tokoh
Jumantoro mengemas acara tersebut dengan sentuhan budaya setempat. Panitia
acara diketuai oleh seorang tokoh masyarakat bernama Harso Wiseno dan sebagai
protokol Slamet Prihatin. Mereka berkreasi bersama seluruh potensi warga mengemas
acara sesuai maksud dan tujuan dari Agustri.
Menurut Agustri, hal ini dilakukan
sebagai pijakan bahwa politik itu berbudaya bukan budaya berpolitik seperti
saat ini. Sadar atau tidak sadar bahwa budaya berpolitik saat ini cenderung
mengabaikan nilai-nilai kesantunan. Meninggalkan makna demokrasi yang
sebenarnya dengan penuh intrik dan terkadang cenderung obralan. Apalagi kalau sudah
bicara budaya politik wani piro dan serangan fajar untuk ambisi sebuah jabatan.
Politik berbudaya memiliki nilai-nilai: jelas, cerdas, santun, jujur dan adil.
Sedap dipandang mata, nyaman didengar dan sejuk dirasakan untuk sebuah
keyakinan masa depan masyarakat. Keras untuk sebuah tekad perjuangan bukan
keras memaksakan diri dengan segala cara untuk memperoleh dukungan. Politik
yang berbudaya ini merupakan sekelumit bagian dari banyak pemikiran dan niat
perjuangan membangun sejarah baru di 4J dari Agustri.
Acara pembukaan rumah aspirasi
ditandai pemecahan Kendil Pertolo dengan senjata Godo Kayu Adem Ati. Agustri,
Rahayu Saraswati dan Harso Wiseno mengayunkan senjata Godo dan pecahlah kendi
pertolo menyemburkan air harum aneka bunga.
Setelah itu mereka mengunjungi
dapur umum di rumah keluarga Pak Parmin sekaligus menjumpai Bu Yatmi yang ikut
nyengkuyung segala peralatan acara. Sebagai seorang wanita Rahayu Saraswati
langsung ikut bersama ibu-ibu dusun Wates ikut menyiapkan hidangan untuk para
tamu. Berikutnya dari rumah aspirasi Agustri dan Rahayu Saraswati menuju tempat
rapat pembekalan beriring dengan kirab budaya. Sebagai cucuk lampah (penunjuk
jalan) Harso Wiseno membawa dupa diikuti pembawa panji-panji dan simbul-simbul
perjuangan oleh para sesepuh serta pemuda-pemudi. Rapat diawali dengan suguhan
tarian Gambyong Parianom oleh Ayu dan Rosa dari Desa Thengklik Kedawung. Ketika
rapat pembekalan selesai, Agustri dan Rahayu Saraswati dihantarkan oleh Rombongan
Reog dari Desa Mberuk Jatiyoso Pimpinan Pak Tardi. Agustri dan Rahayu Saraswati
berjalan bersama Reog dan seluruh peserta rapat menuju panggung rakyat yang
digelar di lapangan olah raga dusun itu.
Rahayu Saraswati D. saat prosesi pemecahan kendi |
Rahayu Saraswati D. dan Agustri diantar menuju panggung rakyat oleh rombongan reog dan masyarakat |
Di panggung rakyat group musik dari kota solo menyambutnya
dengan mengumandangkan lagu-lagu. Lagu yang lantunkan bermakna untuk membangun
rasa dan makna solidaritas, nasionalisme dan perjuangan . Bukan sekedar hiburan
mata dan telinga tetapi benar-benar menyetuh setiap hati yang menikmatinya.
Dalam situasi seperti itu rakyat
Jumantoro dan 4J Raya yang hadir, telah melihat dan merasakan suasana politik
berbudaya. Semangat perjuangan rakyat kecil dikumandangkan dengan suara hati,
penuh senyum dan ceria walau panasnya terik matahari membuat keringat mereka
membasahi tubuh. Mengapa mereka secara bersama mau melakukan semua ini..? Agustri dan Rahayu Saraswati bisa merasakan
dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Rahayu Saraswati dan Agustri saat mengikuti prosesi acara |
Agustri dengan terbata-bata menyampaikan bahwa “setelah acara selesai
kami berdua merenung dalam keprihatinan dan air mata kami menetes”. Selanjutnya
Rahayu Saraswati mengatakan: Mereka yang
hadir saat itu sebenarnya dalam belenggu hidup. Mereka belum merdeka,
mereka terpinggirkan dan mereka terlupakan. Mereka adalah 99% para petani desa,
mereka menantikan perlakuan yang adil untuk hidup layak dan sejahtera. Mereka
ingin ladang dan sawahnya subur dan mereka perlu prasarana untuk mengolahnya.
Mereka berharap kelak anak dan cucu mereka biar bisa menikmati hidup makmur,
tidak bernasib seperti yang dialaminya kebanyakan rakyat saat ini. Mereka butuh pendidikan hingga perguruan
tinggi, mereka butuh kesehatannya terjamin, mereka ingin hidup berdampingan
bersama keluarga bukan terpisahkan dirantau nan jauh untuk mencari nafkah.
Begitu banyak keprihatinan inilah
yang memberikan semangat kami untuk tidak berhenti berjuang untuk memenangkan
Gerindra dan Prabowo Preseiden. Dua tokoh muda ini menjelaskan sikap politiknya
“bahwa kami bukan politisi atau politikus tetapi kami adalah pejuang politik”.
Saya dan mbak Rahayu Saraswati bukan orang hebat tetapi biasa saja, kami
hanyalah pejuang pembela rakyat untuk ikut menghantarkan bangsa ini merdeka dan
rakyatnya sejahtera. Dinyatakan pula bahwa kami bukan mengejar ambisi untuk
sebuah jabatan tetapi kami ingin menjadi alat rakyat yang merasa ingin
diperjuangkan nasibnya.
Perjuangan kami meneladani semangat
pengorbanan Jend. Sudirman dan para pejuang kemerdekaan lainnya. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh Rahayu Saraswati ketika memberi pembekalan dalam rapat. Wanita
muda ini juga mengatakan pesan dari beliau Pak Prabowo bahwa perjuangan ini
“Revolusi dan Perang Kemerdekaan Jilid 2” namun bukan dengan sejata pedang,
keris, tombak, panah dan bambu runcing tetapi mengajak semua team untuk tak
henti berbicara kepada masyarakat. Agustri menegaskan juga dalam rapat
pembekalan bahwa “waktunya sekarang..! dan sejarah akan sulit terbangun dikemudian
hari...! hanya dan jika Gerindra
Menang dan Prabowo Presiden, bangsa ini akan segera bangkit dan jaya.”
Agustri saat memberikan pembekalan |
Seorang Prabowo Subianto saja tak
henti berkeliling Indonesia untuk mengajak kelompok masyarakat yang dijumpai “mari
kita bangkitkan Indonesia agar benar-benar merdeka”. Semangat Pak Prabowo
tersebut mengingatkan beliu akan perjuangan Bung Karno ketika ingin membebaskan
bangsa ini dari penjajahan. Untuk itu kami ini sebagai generasi muda tentu
menjadi sebuah keharusan untuk siap sedia tak henti juga bertemu dan berbicara
dengan siapa saja di pelosok pedusunan daerah ini.
Menurut pantuan dari Radar Pos, kedua
tokoh ini memang memiliki sikap, gaya dan semangat lain dari pada yang lain
dalam melakukan perjuangan. Agustri dlusupan
ke kampung ala salesman peralatan dapur, tetapi menurutnya itu biasa saja wong
saya ini asli wong ndeso. Bertemu dengan masyarakat 4J itu menyenangkan lho...,
masih banyak orang tulus apa adanya. Apalagi ketika menerobos pegunungan dan
lembah, ...waduh segar dan alam pemandangannya indah. Namun tak mengelak dan diakui
pula bahwa tidak sedikit justru yang pinter-pinter kalau diajak cerita
perjuangan malah mumetke kepala.
Hal senada tetapi mengejutkan ketika
kami mengkonfirmasi Rahayu Saraswati, berapa dusun yang sudah dikunjungi Mbak? Dengan
seyumnya yang khas ia menjawab berapa ya...wong kita ndak mencatat, ratusan
kali..mungkin? yang jelas belum ribuan. Menurut wanita muda ini saya lebih
senang dan merasa bersyukur jika bertemu masyarakat langsung di dusun-dusun.
Masyarakat di sini mayoritas orang kampung pedusunan, mereka ramah, jujur dan
tulus apa adanya. Jadi saya harus tak henti mengunjunginya, mereka perlu
didengar dan disapa dari hati ke hati. Hanya saja Dapil saya itu tiga
kabupaten, Sragen-Karanganyar-Wonogiri, jadi mohon dimaklumi dan dimaafkan
kalau nantinya banyak dusun yang belum bisa saya kunjungi. Mohon maaf kalau
saya jarang di kantor, bagi yang ingin menyampaikan aspirasi silahkan saja
pintu kantor tetap terbuka. Di sana sudah ada team penerima aspirasi yang
selalu melayani siapapun, nanti pasti juga disampaikan ke saya.
Sebenarnya apa saja yang dipaparkan
dalam pidato rapat pembekalan team dalam acara tersebut? Dalam rapat pembekalan
mereka berdua mensosialisasikan 6 Program Aksi Partai Gerindra, yang perlu diketahui
oleh semua lapisan masyarakat. Menurutnya, mereka tidak khawatir kalau semua
pidato mereka berdua bocor didengar oleh partai tetangga. Alasannya sederhana
bahwa kami pejuang politik yang apa adanya dalam pijakan yang benar. Monggo
tidak ada yang rahasia kami tidak bicara wani piro dan serangan fajar tetapi
kami bicara perjuangan dan mengajak berjuang dengan semua team maupun tokoh
masyarakat yang hadir.
Rahayu Saraswati saat memberikan pembekalan |
Satu hal lagi yang sangat penting
diketahui masyarakat bahwa kami memiliki kontrak politik dengan masyarakat
pedesaan. Jika Gerindra Menang dan Prabowo Presiden “tanpa koalisi”, setiap
desa akan diberikan anggaran 1 (satu) milyar rupiah per tahun. Ini bukan uang sedikit 5 (lima) milyar
selama lima tahun, bisa dibayangkan pembangunan insfrastruktur pedesaan
benar-benar akan maju pesat. Dari pembangun prasaran jalan, jembatan,
pendidikan, kesehatan, pertanian, pasar, industri kecil dan apa saja yang baik
untuk kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Nantinya jangan ada lagi kemiskinan,
jangan ada pengangguran dan jangan ada perbudakan serta jangan terjadi lagi
kesenjangan hidup. Saatnya nanti rakyat dan generasi bangsa ini akan menikmati
kemakmuran dan kesejahteraan. Mereka menjelaskan uangnya dari mana sebesar itu?
Menurutnya anggaran itu memang biyuh-biyuh sak hilollah (besar sekali) tetapi
sebenarnya kecil jika dibanding dengan bocornya uang negara selama ini. Mereka
katakan bahwa jika Gerindra Menang dan Prabowo Presiden, nantinya di bawah
Pemerintahan Pak Prabowo secara tegas akan memerangi korupsi dan menyelamatkan
keuangan negara yang selama ini telah menguap hingga seribu trilyun rupiah per
tahun.
Kami mengajak semua tokoh-tokoh
masyarakat di pedusunan untuk berani berjuang meningggalkan budaya politik wani
pira dan serangan fajar. Selama budaya ini terus berjalan dan dijalankan oleh
para elit politik daerah maupun nasional artinya penyakit korupsi bangsa ini
tak akan terobati. Rahayu Saraswati balik bertanya kepada Radar Pos, benar atau
tidak? Kami jawab benar dan itu sesuai yang kami tulis pada edisi awal bulan
Nopember dalam tajuk budaya wani pira. Bahkan Agustri menyentil bagaimana
Karanganyar saat ini? Seberapa banyak pemimpin dan wakil rakyat kita saat ini “sing
wis isa resik tenan”? Silahkan masyarakat yang menilai, sekarang rakyat
perlahan akan kami ajak menyadari itu semua.
Setelah cerita politik akhirnya Radar
Pos menanyakan bagaimana dan apa maksud acara kok ada kirab budaya, tari-tarian,
kesenian Reog dan musik? Agustri menjawab ...ngjih itu selain untuk hiburan
rakyat yang selama ini jarang muncul tentu kami memiliki maksud yang jauh lebih
penting. Di balik itu semua kami ingin sampaikan pesan ke masyarakat bahwa
politik bisa berbudaya dengan nilai-nilai yang baik. Politik itu indah mulia dari rakyat untuk rakyat demi rakyat, bukan slogan
dan cerita murahan, apa adanya tanpa ditutup-tutupi serta bebas tetapi
bertanggung jawab, karena pada dasarnya kami ini pejuang untuk rakyat bukan
untuk kepentingan pribadi.
Masyarakat yang hadir saat pembekalan di Balai Desa Jumantoro |
Di akhir wawancara ketika Radar Pos
bertanya kepada Agustri apakah ini bagian dari cita-cita membangun sejarah baru
di 4J Raya? Dia katakan biasa saja wis sak lumrahe wong ndeso kerawuhan tamu...apalagi
Mbak Rahayu Saraswati hadir ke kampung ini, tetapi silahkan saja itu relatif
tergantung yang ditanya dan siapa yang menjawab, semua orang boleh memberikan
komentar apa saja tentang acara ini. Kalau kami boleh mengatakan bahwa siapapun
yang terlibat dalam acara tersebut yang dengan hati tulus iklas mereka adalah
pejuang. Mereka akan mengenang namanya
agenda politik yang berbudaya di Jumantoro.
Sambil menjabat tangan Rahayu
Saraswati, Agustri menyampaikan terima kasih dan mengucapkan Selamat Datang Di
4J Raya. Mbak Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
“Sudah Waktunya Perjuangkan Rakyat Agar Sejahtera” kami bersamamu.
Secepatnya Rahayu Saraswati menjawab siap...!, terus bersemangat dan ini baru
awal sebuah perjuangan. Terima kasih kepada semua masyarakat yang ikut berjuang
suka rela dan tulus ikhlas mensukseskan acara ini. Semoga kelak mereka dan
generasi anak cucu kita semua akan memetik buah-buah dari semua perjuangan ini.
Tetap Semangat untuk Perjuangan Melawan Arus demi kemakmuran Rakyat Indonesia dengan menolak budaya ""WANI Piro,..???"" di masyarakat baik dari kalangan Atas sampai Bawah. Semoga perjuangan yang dilakukan Pak Agustri bersama Mbak Rahayu Saraswati Djoyohadikusumo dan Pak Prabowo Subiyanto bisa dipahami oleh masyarakat dan memberi perubahan besar terhadap masyarakat Indonesia.
ReplyDelete***Usul:
Jika Pak Prabowo nanti sudah jadi PRESIDEN RI, mohon segera dilakukan pembangunan LAPAS-LAPAS baru di berbagai daerah. Karena Saya sendiri Khawatir dan saya yakin sekali pada saat itu nanti para KORUPTOR banyak yang minta dirumahkan di Hotel_Prodeo......!!!! :D
Maturnuwun,
Berkah Dalem---
Sukses buat mas Agus semoga Tuhan selalu memberkati
ReplyDelete