Radar Pos, Edisi 142/Th.VIII/ 15-31 Januari 2014
|
Hidup petani dan orang desa |
Karanganyar, Radar Pos Setiap peliputan Radar Pos bersama
Agustri (R. Agus Trihatmoko) di Jumantoro, banyak gagasan yang bisa diangkat
bagi masyarakat umum. Sesuai misi perjuangannya untuk pembelaan hidup petani
dan orang desa Agustri menyoroti tajam tentang pasar tradisional, berikut
ulasannya dalam perspektif ekonomi pedesaan dan politik:
Pasar tradisional merupakan saluran nafas hidup petani dan orang desa,
namun ini tidak pernah disadari oleh jajaran pemangku jabatan di bidang
perokonomian.
Padahal hampir dari tingkat pemerintahan pusat hingga desa, di
situ ada yang membidangi termasuk di jajaran Legislatif. Sungguh menyedihkan
prasarana pasar tradisional bertahun-tahun kondisinya kumuh, reot dan
morat-marit. Entah kenapa mereka tutup mata atau jangan-jangan dilupakan karena
di sana tidak ada kepentingan politik langsung bagi mereka para anggota dewan
wakil rakyat.
|
Pasar tradisional Kota Jumapolo |
Bisa jadi karena di pasar
tidak ada perdagangan politik transaksional dan di sana tidak ada TPS, yang ada
transaksi perdagangan barang yang sebenarnya. Mereka para wakil rakyat
mungkin tidak pernah melihat langsung ke pasar-pasar di kota kecil atau mereka
mungkin sudah nyaman bersama keluarganya berbelanja ke super market yang berAC.
Para pedangan di pasar tradisional diterlantarkan, mereka tidak bisa
berbuat banyak kecuali iklas menerima kenyataan sebagai kaum kecil (marginal).
Padahal di sana mereka sebagai pelaku ekonomi yang sangat penting. Dari pelosok
pedusunan para petani datang ke pasar untuk menjual hasil penennya untuk
mendapatkan uang. Para pedagang akan melayani untuk mendapatkan untung ala
kadarnya.
|
Hasil panen ketela yang siap dijual |
Siapapun yang mengaku sebagai wakil rakyat di dewan wakil rakyat
tidak boleh tutup mata apalagi di tingkat daerah. Jika itu kenyataan pasar
tradisonal seperti yang kita lihat saat ini, maka jangan sakit hati kalau ada
orang menuding mereka akan menanggung dosa politik.
Hal yang sangat menyedihkan dan kasihan mereka para pedagang di pasar
maupun para petani dan orang kecil saat ini juga sedang tergencet nilai US Dolar
yang nangkring di atas 12 ribu rupiah.
|
Pedagang cenil di Pasar Jumapolo |
Bisa dibayangkan kalau singkong di jual
petani per kg hanya laku di pasar Rp 500 an rupiah, bisa di buat belanja apa?
Sedangkan harga barang industri mulai membumbung naik. Jika negara tidak bisa membangun swasembada
pangan dan terus menggunakan senjata impor maka jangan harap kemiskinan akan
teratasi. Gencetan ekonomi orang kecil
ini, dosa politik siapa? Silahkan para pakar ekonomi dan pakar politik
negeri ini untuk memperdebatkan.
|
Jambu berkualitas unggul hasil panen masyarakat lokal |
Setelah itu Agustri tidak mau
mengulas lebih lanjut, alasannya masalah dolar adalah masalah ekonomi makro dan
moneter yang sedang sakit kronis. Kalau
dikupas tutas takut membuat para petani dan orang desa pupus harapan. Secara
politis dia menyatakan biar kelak ekonomi kerakyatan yang sedang diperjuangkan
saat ini bisa menjadi solusinya.
No comments:
Post a Comment