Saturday, January 25, 2014

Pasar Tradisional Diterlantarkan, Dosa Politik Siapa?

Radar PosEdisi 142/Th.VIII/ 15-31 Januari 2014 


Hidup petani dan orang desa
Karanganyar, Radar Pos  Setiap peliputan Radar Pos bersama Agustri (R. Agus Trihatmoko) di Jumantoro, banyak gagasan yang bisa diangkat bagi masyarakat umum. Sesuai misi perjuangannya untuk pembelaan hidup petani dan orang desa Agustri menyoroti tajam tentang pasar tradisional, berikut ulasannya dalam perspektif ekonomi pedesaan dan politik:
Pasar tradisional merupakan saluran nafas hidup petani dan orang desa, namun ini tidak pernah disadari oleh jajaran pemangku jabatan di bidang perokonomian.
Padahal hampir dari tingkat pemerintahan pusat hingga desa, di situ ada yang membidangi termasuk di jajaran Legislatif. Sungguh menyedihkan prasarana pasar tradisional bertahun-tahun kondisinya kumuh, reot dan morat-marit. Entah kenapa mereka tutup mata atau jangan-jangan dilupakan karena di sana tidak ada kepentingan politik langsung bagi mereka para anggota dewan wakil rakyat.
Pasar tradisional Kota Jumapolo
Bisa jadi karena di pasar tidak ada perdagangan politik transaksional dan di sana tidak ada TPS, yang ada transaksi perdagangan barang yang sebenarnya. Mereka para wakil rakyat mungkin tidak pernah melihat langsung ke pasar-pasar di kota kecil atau mereka mungkin sudah nyaman bersama keluarganya berbelanja ke super market yang berAC.

Para pedangan di pasar tradisional diterlantarkan, mereka tidak bisa berbuat banyak kecuali iklas menerima kenyataan sebagai kaum kecil (marginal). Padahal di sana mereka sebagai pelaku ekonomi yang sangat penting. Dari pelosok pedusunan para petani datang ke pasar untuk menjual hasil penennya untuk mendapatkan uang. Para pedagang akan melayani untuk mendapatkan untung ala kadarnya.
Hasil panen ketela yang siap dijual
Siapapun yang mengaku sebagai wakil rakyat di dewan wakil rakyat tidak boleh tutup mata apalagi di tingkat daerah. Jika itu kenyataan pasar tradisonal seperti yang kita lihat saat ini, maka jangan sakit hati kalau ada orang menuding mereka akan menanggung dosa politik.
Hal yang sangat menyedihkan dan kasihan mereka para pedagang di pasar maupun para petani dan orang kecil saat ini juga sedang tergencet nilai US Dolar yang nangkring di atas 12 ribu rupiah.
Pedagang cenil di Pasar Jumapolo
Bisa dibayangkan kalau singkong di jual petani per kg hanya laku di pasar Rp 500 an rupiah, bisa di buat belanja apa? Sedangkan harga barang industri mulai membumbung naik.  Jika negara tidak bisa membangun swasembada pangan dan terus menggunakan senjata impor maka jangan harap kemiskinan akan teratasi. Gencetan ekonomi orang kecil ini, dosa politik siapa? Silahkan para pakar ekonomi dan pakar politik negeri ini untuk memperdebatkan.
Jambu berkualitas unggul hasil panen masyarakat lokal

Setelah itu Agustri tidak mau mengulas lebih lanjut, alasannya masalah dolar adalah masalah ekonomi makro dan moneter yang  sedang sakit kronis. Kalau dikupas tutas takut membuat para petani dan orang desa pupus harapan. Secara politis dia menyatakan biar kelak ekonomi kerakyatan yang sedang diperjuangkan saat ini bisa menjadi solusinya.           

No comments:

Post a Comment