Radar Pos, Edisi 144/Th.VIII/ 15-28 Februari 2014
R. Agus Trihatmoko, SE. MBA. MM |
Untuk berbicara Pilpres masih terlalu jauh, tetapi untuk
Pileg sudah semakin dekat. Namanya hajatan tentu suasana di mana-mana mulai gayeng.
Para Caleg dari berbagai Partai
Politik sudah selayaknya ingin menggalang dukungan sebanyak-banyaknya. Mereka
memiliki gaya dan jurus masing-masing walau terkadang banyak dari mereka yang
berani melanggar kode etik dan hukum politik di negara demokrasi ini.
Namun yang sungguh memprihatinkan, mereka para calon wakil
rakyat ini berani terang-terangan negosiasi politik dengan cara transaksional.
Apakah ini dibenarkan...? Tergantung siapa yang mau menilai karena aturan KPU
secara persis tidak ada pasal yang melarang. Hal yang mengejutkan tidak sedikit
pula yang siap akan melakukan serangan fajar dengan amplop berisi uang.
Namanya serangan fajar tentu akan dilakukan secara rahasia
karena mereka yang akan melakukan telah mengetahui akan melanggar hukum.
Mungkin mereka juga memiliki keyakinan aman saja karena negara sebagai
penyelenggara tidak akan mampu mengendusnya.
Mereka para calon wakil rakyat ini bahkan menganggap ini sebagai cara
jitu memperoleh dukungan di kotak suara.
Ulasan ini tidak ada maksud dan tujuan lain karena memang inilah
situasi politik di masyarakat dan bangsa ini. Namun, hal yang tidak boleh di abaikan adalah keputusan rakyat di bilik
suara pada tanggal 9 April nanti. Mereka sebelum menentukan pilihan
sebaiknya benar-benar melihat figur Calegnya dan Kendaraan Partainya.
Figur seorang wakil rakyat haruslah memiliki jiwa pemimpin
yang cerdas, bersih dan tegas serta memihak rakyatnya. Rakyat membutuhkan
pemimpin yang akan mewakili rakyat bukan mendudukan pejabat pencari kedudukan.
Menilai partai sederhana, lihat saja program dan kepimpinan partai
tersebut.
Bangsa ini sedang carut marut karena para pemimpin dan wakil
rakyat yang ada selama ini telah memperkaya diri sendiri dengan kelakuan korup.
Bagi yang tidak melakukan tindak korupsi terkadang pura-pura tidak tahu dan
seakan melakukan pembiaran kelakukan koleganya. Bagi yang pintar malah menjadi
pelupa karena mereka lupa akan amanat Pancasila dan UUD’45.
Kampanye dari KPU harus direnungkan...memilih dengan Cerdas patut didengar dan dilihat dengan mata hati
dan mata kepala. Kebodohan di bilik suara di masa lalu biarlah berlalu karena
semua manis dan pahitnya sudah kita rasakan. Sebentar lagi kita diberikan
kebebasan oleh negara untuk memilih kembali para wakil rakyat dan setelah itu
memilih pemimpin nasional yaitu Presiden dan Wakil Presiden baru.
Masyarakat tentu kini juga telah melihat berbagai tayangan di
berbagai media siapa yang akan maju menjadi calon Presiden. Rupanya merekapun
sudah banyak yang memiliki idola calon Presiden. Bagi yang belum paham harus mulai belajar cerdas, kalau ingin Presiden
yang diidam-idamkan nantinya memimpin negeri ini maka sudah selayaknya mendukung
Caleg Partai pengusungnya. Ini penting untuk memastikan kelak semua program
kerja Sang Presiden dalam mengemban amanat rakyat dapat berjalan dengan tepat
dan efektif.
--------------------------BERSAMBUNG
KE EDISI BERIKUTNYA ------------------------------------
No comments:
Post a Comment