Sunday, March 23, 2014

KOTAK SUARA MENENTUKAN NASIB HIDUP

(Lanjutan Edisi Sebelumnya)
Radar PosEdisi 145/Th.VIII/ 01-15 Maret 2014
http://zonaradarpos.blogspot.com/
R. Agus Trihatmoko, SE. MBA. MM
Catatan kunci edisi ulasan sebelumnya,
http://agustricentre.blogspot.com/2014/03/kotak-suara-menentukan-nasib-hidup.html  

“Namun yang sungguh memprihatinkan mereka para calon wakil rakyat ini berani terang-terangan negosiasi politik dengan cara transaksional. Apakah ini di benarkan...?”
“Namanya serangan fajar tentu akan dilakukan secara rahasia karena mereka yang akan melakukan telah mengetahui akan melanggar hukum. Mungkin mereka juga memiliki keyakinan aman saja karena negara sebagai penyelenggara tidak akan mampu mengendusnya.” 
“Bagi yang belum paham harus mulai belajar cerdas, kalau ingin Presiden yang diidam-idamkan nantinya memimpin negeri ini maka sudah selayaknya mendukung Caleg Partai pengusungnya.”
Mulai sekarang rakyat harus cerdas, jangan tersesat dalam memilih para wakil rakyat dalam Pileg 9 April nanti. Namanya pesta demokrasi memang sah saja masyarakat juga menikmati apa saja yang diberikan oleh para Partai dan para Calegnya, walau sumber uang dan barang itu entah dari mana asal muasalnya, biar Tuhan Yang Maha Esa yang mencatat.

Tetapi di sini di negara hukum, tentu aparatnya juga bisa melihat karena itu berupa benda yang kelihatan kasat mata. Banyak catatan kelam oleh hukum negara ini baik yang terungkap ataupun tidak/belum terkuak. Jadi, silahkan berhati-hati bagi mereka para operator atau makelar politik, di situ ada resiko hukum di negara hukum ini. Namanya resiko bisa terjadi atau bisa tidak terjadi, tetapi jika menengok banyak kasus aliran dana korupsi siapapun boleh berfikir panjang.
Mari melihat kejadian yang mencengangkan publik yaitu para wanita cantik-molek yang tidak tahu politikpun saat ini banyak terjerat hukum. Mereka itu karena kebodohannya dan/atau karena ambisi materialistis sehingga terpaksa mereka masuk kandang KPK. Spekulasi banyak pihak tentang KPK, apakah akan merambah ke daerah...? jawabnya bisa diprediksi, itu hanya masalah waktu saja. Ini pendidikan politik, jadi, di jaman krodit pat-gulipat politik saat ini, siapapun sebagai warga negara layak berhati-hati, jangan asal menerima uang tetapi lebih baik tahu keabsahan transaksinya.
Namun kembali, saat ini ada ribuan orang yang sedang menggeluti dunia politik sebagai Caleg di tahun politik ini. Bisa diprediksi yang bermain kotor masih banyak yang lolos dari hukum pemilu sehingga merekapun berpeluang untuk bisa duduk menjadi anggota dewannya rakyat.
Jika demikian kejadiannya, mari kita catat baik-baik, kita doakan bahwa yang maju dan yang terpilih nanti adalah yang betul-betul ingin memperjuangkan rakyat. Tetapi, jangan kaget kalau yang mencari kesempatan dalam kesempitan dengan menggunakan cara yang tidak etis (contoh: serangan fajar dan pemberian amplop di TPS) adalah mereka yang akan menjadi maling nantinya. Mudah-mudahan yang lalu tidak terulang kembali, tetapi jika cara itu berhasil mendudukkan Caleg tersebut di kursi dewannya rakyat, mari kita awasi supaya mereka tidak mencari pulihan alias korupsi.
Apakah ulasan ini penting bagi masyarakat atau justru akan diabaikan? silahkan saja. Tetapi yang dicoblos pada 9 April nanti pasti akan masuk kotak suara untuk dihitung. Penghitungan suara dari kotak suara akan menentukan nasib hidup, nasib rakyat Indonesia yang hidup saat ini dan nasib anak cucu di masa mendatang. Kita harus mau belajar untuk berfikir cerdas, ini bukan hal yang sulit seperti serumit anak sekolah ujian di kelas. Menjadi pemilih yang cerdas hanya masalah kesadaran dan ada kemauan tulus serta jujur sebagai bentuk perjuangan bangsa di jaman ini.
Dari Kotak Suara 9 April nanti, semoga membawa Indonesia bangkit dan jaya “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja”. Jangan Golput, ini kesempatan untuk menegakkan sebuah kebenaran yang harus diperjuangkan oleh rakyat. Janganlah rakyat mau diperbodoh oleh mereka yang punya kepentingan pribadi. Saatnya rakyat bisa bersikap dengan benar dan cerdas karena kunci perubahan ditangan kita. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? 

No comments:

Post a Comment