Sosialisasi Rahayu
Saraswati Dengan Guru Wiyata Bakti
Radar Pos, Edisi 144/Th.VIII/ 15-28 Februari 2014
Pidato Rahayu Saraswati Djojohadikusumo di depan puluhan perwakilan guru Wiyata Bakti (WB) |
Acara ini diagendakan
oleh Rahayu Saraswati karena desakan keprihatinannya atas nasib para guru WB.
Hal tersebut mengingatkan perjuangannya selama ini tentang anti-perdagangan
manusia dan perbudakan. Ia merasakan nasib ribuan guru WB yang telah sekian
tahun berkerja di bidang pendidikan namun mereka saat ini menerima honor amat
jauh dari layak.
Pada kesempatan itu,
Rahayu Saraswati bukan ingin memberi janji-janji untuk mengangkat mereka menjadi
PNS. Namun, ia mengingatkan kepada pemerintah untuk dapat bersikap agar nasib
para guru WB tidak terkatung-katung dan martabatnya dihargai secara layak.
Kepada para guru WB ia juga memberikan wawasan baru bahwa untuk berkarya tidak
harus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Harapan bagi mereka
tentu masih terbuka, menurut Rahayu Saraswati, yang terpenting saat ini mutu
pendidikan di Indonesia harus dibenahi dan ditingkatkan terlebih dahulu. Bangsa
kita telah tertinggal jauh dengan bangsa-bangsa lain. Ia mencontohkan, Malaysia
yang dulu berbondong-bondong mencari ilmu di Indonesia kini telah memiliki
prestasi lebih baik dari Indonesia. Ketertinggalan di bidang pendidikan inilah
yang menjadi salah satu pemicu terjadinya perbudakan anak bangsa di negara
sendiri dan di negara lain.
Untuk itu kelak jika
Partai Gerindra diberi kepercayaan rakyat untuk memimpin bangsa ini bersama
Prabowo Subianto, maka akan segera dibangun sistem pendidikan yang mampu
bersaing sejajar dengan negara maju. Semua harus sadar bahwa “pendidikan ikut menentukan martabat
bangsa”. Misi perjuangan Rahayu Saraswati
tersebut semakin dipertegas oleh sambutan Bapak Hashim Djojohadikusumo.
Pada awal sambutannya,
beliau menceritakan bahwa sejarah keluarga besar Djojohadikusumo juga merupakan
tokoh-tokoh pendidikan (Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo “Begawan Ekonomi”
adalah Guru Besar dan pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Ibu
Margono Djojohadikusumo adalah pendiri Sekolah-sekolah Yayasan Sumbangsih di
Jakarta). Dari cerita sejarah keluarga ini nampak jelas bahwa bukan hal baru
jika putrinya (Rahayu Saraswati) sangat perhatian terhadap masa depan pendidikan
di Indonesia.
sambutan Bapak Hashim Djojohadikusumo |
Sebagai seorang
pengusaha di berbagai negara di dunia ini, mengatakan bahwa kita ingin kelak banyak orang Indonesia bisa menjadi orang
hebat. Beliau juga mengingatkan agar bangsa Indonesia harus mampu mencetak
generasi yang berpendidikan tinggi dan bermutu. Jika gagal maka nantinya bangsa
ini akan menjadi ajang orang pandai dari negara lain dalam berbagai
kepentingan, dan anak cucu kita menjadi budak di negara sendiri.
Secara politik beliau
memberi pesan kepada para guru WB, di Pemilu nanti jangan golput dan pilih
calon pemimpin yang cerdas, tegas, bersih dan memihak rakyatnya. Kecerobohan
dalam memilih pemimpin akan merugikan masa depan bangsa.
No comments:
Post a Comment